Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

10 Pemain Terbaik Belanda Sepanjang Masa

By Nugyasa Laksamana - Jumat, 25 Maret 2016 | 11:35 WIB
Pemain Belanda era 60-80an, Johan Cruyff, tampil pada laga Piala Dunia 1974.
STF/AFP
Pemain Belanda era 60-80an, Johan Cruyff, tampil pada laga Piala Dunia 1974.

Prestasi Belanda di kancah internasional, khususnya di ajang Piala Dunia, memang tidak sebaik Brasil, Italia, dan, Jerman. Dalam sejarahnya, pencapaian terbaik Belanda di Piala Dunia cuma meraih posisi runner-up sebanyak tiga kali (1974, 1978, dan 2010).

Meskipun demikian, tak dimungkiri Belanda tetap wajib masuk dalam jajaran negara sepak bola terbaik dunia. Dalam balutan seragam oranye menyala dan ciri khas permainan Total Football, Belanda menjadi tim yang menarik untuk disaksikan.

Belanda juga tak sedikit menyumbangkan pesepak bola berkualitas untuk sejumlah klub papan atas Eropa. Lantas, siapa sajakah pemain-pemain berkualitas yang pernah dimiliki Belanda?

Berikut ini adalah ulasan 10 pemain terbaik Belanda sepanjang masa yang dihimpun oleh JUARA dengan rujukan dari Sports Mole, mulai dari nomor sepuluh hingga nomor wahid.

10. Edwin van der Sar, (aktif di tim nasional pada 1995-2008, 130 caps tim nasional Belanda)


Edwin van der Sar saat memperkuat Belanda pada laga Piala Eropa 2008 kontra Rusia di Saint Jakob-Park, Basel, Swiss, 21 Juni 2008.(PIERRE-PHILIPPE MARCOU/AFP)

Edwin van der Sar menjadi satu-satunya penjaga gawang dalam daftar 10 pemain terbaik Belanda sepanjang masa. Namun, peran untuk negaranya tak bisa dipandang sebelah mata.

Pria yang kini berusia 45 tahun ini merupakan pemain yang paling banyak mencatatkan penampilan untuk Belanda, yakni 130 pertandingan di seluruh ajang. Pencapaian itu ditorehkan Van der Sar dalam kurun waktu 1995-2008.

Sepanjang kariernya bersama Belanda, prestasi terbaik Van der Sar adalah mencapai babak final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Akan tetapi, harapan Van der Sar dkk mengangkat trofi Piala Dunia untuk Belanda sirna setelah ditaklukkan 0-1 oleh Spanyol pada laga pamungkas.

Kendati demikian, dedikasi Van der Sar terhadap Belanda tetap luar biasa. Dia sanggup menyabet gelar Pemain Terbaik Belanda pada 1998, dan lima kali menjadi Penjaga Gawang Terbaik Belanda.

Pada level klub, prestasi Van der Sar terbilang lebih baik. Dia pernah meraih gelar Liga Champions di dua yang klub berbeda, yakni Ajax Amsterdam (1995) dan Manchester United (2008).

Bersama kedua klub tersebut, Van der Sar juga sukses meraih catatan gemilang di tingkat domestik yang jumlahnya mencapai 18 gelar juara.

9. Faas Wilkes (1946-1961, 38 caps dan 35 gol)


Penyerang legendaris Belanda, Faas Wilkes.(wikimedia.org)

Sebagai pemain tim nasional Belanda, namanya mungkin kurang begitu dikenal. Akan tetapi, Faas Wilkes tetap layak menjadi salah satu penyerang andal yang pernah dimiliki Belanda.

Kepiawaian Wilkes di depan gawang dapat dilihat dari rasio golnya yang mencapai 0,92 gol (dari 38 pertandingan). Rasio gol itu melebihi kehebatan striker Belanda seperti Patrick Kluivert, Robin van Persie, Dennis Bergkamp, dan Ruud van Nistelrooy.

Namun, kebijakan Asosiasi Sepak Bola Belanda (KNVB) pada 1949-1955 tak berpihak pada Wilkes. Kala itu, KNVB melarang pemain yang berkarier di luar Belanda untuk membela timnas.

Dalam kurun waktu tersebut, pria yang mengawali karier di Xerxes Rotterdam itu sedang merantau ke luar negeri untuk memperkuat Internazionale Milan (1949-1952), Torino (1952-1953), dan Valencia (1953-1956).

Pada 15 Agustus 2006, Wilkes meninggal dunia di Rotterdam dalam usia 82 tahun. Wilkes meninggal dunia karena mengalami gagal jantung.

8. Willem van Hanegem (1968-1979, 52 caps dan 6 gol)


Willem van Hanegem(anp-archief.nl)

Pada era 60-an, ketika Ajax Amsterdam berjaya berkat pemain seperti Johan Cruyff dan Rinus Michels, Feyenoord Rotterdam mempunyai sosok Willem van Hanegem.

Mengawali karier di Velox SC, Van Hanegem sukses menorehkan 300 pertandingan liga untuk Feyenoord dalam dua periode (1966-1968 dan 1981-1983).

Selama itu pula, Van Hanegem berhasil menyumbangkan tiga gelar Eredivisie, satu Piala KNVB, satu Piala Champions, satu Piala Interkontinental, dan satu Piala UEFA.

Adapun bersama tim nasional, Van Hanegem sempat mengantarkan negaranya mencapai final Piala Dunia 1974 di Jerman (kala itu Jerman Barat). Pada laga puncak, Belanda kalah 1-2 dari tuan rumah.

Selain itu, Van Hanegem juga sempat membawa Belanda hingga meraih peringkat ketiga pada ajang Piala Eropa 1976.

Meskipun tanpa gelar bersama Belanda, Van Hanegem layak dianggap menjadi salah satu pemain yang berperan penting dalam perkembangan sepak bola Belanda pada era 70-an.

7. Frank Rijkaard (1981-1994, 73 caps dan 10 gol)


Frank Rijkaard(GETTY IMAGES)

Selain Marco van Basten dan Ruud Gullit, Frank Rijkaard juga termasuk salah satu anggota generasi emas kedua Belanda pada era 80-an. Dia aktif di timnas pada periode 1981-1994.

Berposisi sebagai gelandang bertahan atau bek tengah, Rijkaard dkk berhasil mempersembahkan satu-satunya gelar juara untuk Belanda, yakni memenangi ajang Piala Eropa 1988 di Jerman Barat.

Pada level klub, Rijkaard mendulang kesuksesan bersama Ajax Amsterdam dan AC Milan. Di dua klub tersebut, Rijkaard memperoleh berbagai gelar bergengsi, di antaranya tiga gelar Liga Champions dan tujuh gelar liga.

Dia lebih dikenal saat berada di AC Milan. Kala itu Rijkaard menjadi salah satu anggota trio Belanda di AC Milan bersama Van Basten dan Ruud Gullit.

Sepanjang kariernya, Rijkaard juga dua kali terpilih sebagai Pemain Terbaik Belanda (1985 dan 1987), serta dua kali meraih peringkat ketiga dalam voting penghargaan Ballon d'Or (1988 dan 1989).

6. Ronald Koeman (1982-1994, 78 caps dan 14 gol)


Ronald Koeman(MARTIN HAYHOW/AFP)

Ronald Koeman juga menjadi sosok yang berperan mengantarkan Belanda juara Piala Eropa 1988. Dia merupakan bek tengah terbaik yang pernah dimiliki Belanda.

Berposisi sebagai bek tengah, Koeman dikenal mempunyai tendangan yang keras dan piawai mengeksekusi tendangan bebas. Koeman pun menjadi pemain belakang terproduktif Belanda, yakni menorehkan 14 gol.

Pria yang kini melatih Southampton ini tercatat pernah memperkuat Groningen, Ajax Amsterdam, PSV Eindhoven, Barcelona, dan Feyenoord.

Bersama Ajax dan PSV, Koeman berhasil mempersembahkan empat gelar Eredivisie, tiga Piala KNVB, dan satu Liga Champions.

Adapun di Barcelona, Koeman termasuk sebagai anggota Dream Team bersama Johan Cruyff. Kala itu, mereka sanggup meraih empat gelar La Liga, satu Copa del Rey, dua Piala Super Spanyol, satu Piala Champions, dan satu Piala Super Eropa.

5. Johan Neeskens (1970-1081, 49 caps dan 17 gol)


Johan Neeskens(sport660.com)

Selain Johan Cruyff, masa keemasan Belanda pada era 70-an juga diperkuat oleh Johan Neeskens. Pada masanya, Neeskens dikenal sebagai gelandang tengah serbabisa.

Neeskens juga berjasa membawa Belanda dua kali beruntun mencapai posisi runner-up di ajang Piala Dunia, yakni pada 1974 dan 1978.

Selain itu, Neeskens juga mengantarkan Belanda meraih peringkat ketiga di Piala Eropa 1976.

Sepanjang kariernya di level klub, Neeskens hanya merengkuh gelar bersama Ajax Amsterdam dan Barcelona.

Bersama Ajax, Neeskens mencicipi dua gelar Eredivisie, dua Piala KNVB, tiga Piala Champions, dua Piala Super Eropa, dan satu Piala Interkontinental.

Adapun saat berseragam Barcelona, Neeskens cuma merengkuh dua gelar juara, yakni satu Piala Copa del Rey dan satu Piala Winners.

4. Dennis Bergkamp (1990-2000, 79 caps dan 37 gol)


Dennis Bergkamp(GEORGES GOBET/AFP)

Dennis Bergkamp menjadi salah satu bomber terbaik Belanda. Eks pemain Arsenal dan Internazionale Milan ini kerap mencetak gol dengan cara yang cantik nan indah.

Selama berkiprah di level timnas pada 1990-2000, Bergkamp tak sekalipun meraih gelar juara. Prestasi terbaiknya adalah mengantarkan Belanda menjadi tim peringkat keempat pada Piala Dunia 1998.

Namun, prestasinya di level klub tergolong bagus. Di klub pertamanya, Ajax Amsterdam, Dennis Bergkamp tercatat meraih empat gelar domestik dan satu Piala Winners.

Saat di Inter, Bergkamp hanya merengkuh satu gelar, yaitu Piala UEFA. Kemudian Bergkamp pun merumput di Inggris bersama Arsenal.

Di bawah asuhan Arsene Wenger, Bergkamp bersama Thierry Henry menjadi salah satu duet lini depan menakutkan di Premier League. Tak heran, Bergkamp sukses meraih tiga gelar liga, satu Piala FA, dan tiga Community Shield.

Adapun prestasi pribadi Bergkamp di antaranya dua kali terpilih sebagai Pemain Terbaik Belanda (1991 dan 1992) dan peringkat kedua pada Ballon d'Or 1992 dan 1993.

Saat ini, Bergkamp menjabat sebagai asisten dari pelatih Ajax, Frank de Boer, yang notabene adalah rekan seangkatannya di timnas.

3. Ruud Gullit (1981-1994, 66 caps dan 17 gol)


Ruud Gullit(PATRICK HERTZOG/AFP)

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Ruud Gullit menjadi generasi emas Belanda era 80-an bersama Marco van Basten dan Frank Rijkaard. Ketiganya juga menjadi simbol kejayaan AC Milan pada periode yang sama.

Generasi Gullit cs berhasil menyumbangkan Piala Eropa 1988, yang notabene adalah gelar juara Belanda satu-satunya. Kebetulan, kala itu Gullit menjabat sebagai kapten Belanda.

Sebagai gelandang serang, Gullit termasuk pemain serbabisa. Tak heran, di level klub, dia sukses membawa PSV Eindhoven, Feyenoord, AC Milan, Sampdoria, dan Chelsea merengkuh gelar.

Saat berkarier di Feyenoord dan PSV, Gullit total menyumbangkan tiga gelar Eredivisie dan dua Piala KNVB. Selepas dari sana, Gullit pun bergabung dengan AC Milan.

Gullit membantu raksasa Italia tersebut meraih tiga gelar Serie A, tiga Supercoppa Italiana, dua Piala Champions, dua Piala Super Eropa, dan dua Piala Interkontinental.

Kemudian Gullit pun hengkang ke Sampdoria dan meraih gelar Coppa Italia pada 1994. Dia juga sempat bermain sekaligus menjadi manajer Chelsea dan mempersembahkan satu Piala FA.

Penghargaan yang pernah diraih Gullit di antaranya menjadi Pemain Terbaik Belanda (1984 dan 1986) dan memenangi Ballon d'Or pada 1987.

2. Marco van Basten (1983-1992, 58 caps dan 24 gol)


Marco van Basten(biografieonline.it)

Marco van Basten mendapat predikat sebagai pemain yang "mati muda". Akibat dibekap cedera, Van Basten harus pensiun dini pada usia 28 tahun. Namun, kemampuannya di atas lapangan tetap tidak bisa dianggap enteng.

Pada masa kejayaannya, Van Basten sempat merengkuh Ballon d'Or sebanyak tiga kali (1988, 1989, dan 1992).
Prestasi Van Basten sejalan dengan pencapaiannya di level klub.

Bersama Ruud Gullit dan Frank Rijkaard, Van Basten membawa AC Milan meraih tiga gelar Scudetto dan dua Piala Champions secara beruntun (1989 dan 1990).

Saat masih di Ajax Amsterdam, Van Basten juga mencicipi tiga gelar Eredivisie, tiga Piala KNVB, dan satu Piala Winners.

Momen terbaiknya bersama Belanda adalah saat menjuarai Piala Eropa 1988. Kala itu, Van Basten mencetak lima gol sepanjang turnamen. Selain itu, dia juga terpilih menjadi Pemain Terbaik Piala Eropa 1988.

Setelah pensiun pada 1995, Van Basten baru menjadi pelatih pada 2003. Dia pernah menangani timnas Belanda, Ajax Amsterdam, Heerenveen, dan AZ Alkmaar.

Kini, Van Basten tak lagi menjadi pelatih kepala. Selepas menukangi AZ Alkmaar, Van Basten kembali ke timnas Belanda dan menjadi asisten Danny Blind.

1. Johan Cruyff (1966-1977, 48 caps dan 33 gol)


Johan Cruyff(Dok. arjyomitra94)

Johan Cruyff bisa dikatakan sebagai pemain paling berpengaruh dalam sepak bola Belanda. Dia dilahirkan dengan talenta luar biasa, dan mewariskan teknik sepak bola yang brilian.

Lahir pada 25 April 1947, Cruyff mengawali kariernya di Ajax Amsterdam pada 1964. Bersama klub raksasa Belanda itu, Cruyff meraih tiga gelar Piala Champions secara beruntun (1971, 1972, dan 1973).

Selain itu, Cruyff juga membawa Ajax merengkuh delapan gelar Eredivisie, lima Piala KNVB, satu Piala Super Eropa, dan satu Piala Interkontinental.

Pada 1973, Cruyff dijual ke Barcelona dengan banderol 6 juta euro, yang merupakan rekor transfer termahal pada saat itu. Di sana, Cruyff menyumbangkan satu gelar La Liga dan satu titel Copa del Rey.

Sumbangan Cruyff tak hanya torehan gelar saja. Dia mewariskan gerakan fenomenal yang kemudian dikenal dengan sebutan Cruyff Turn, atau putaran Cruyff.

Cruyff Turn adalah trik melewati lawan. Saat itu, dia memamerkannya pada pertandingan melawan Swedia. Trik tersebut masih digunakan hingga sekarang oleh banyak pesepak bola masa kini.

Adapun bersama Belanda, Cruyff sama sekali tidak menyumbangkan gelar juara. Namun, perjuangannya membawa Belanda ke final Piala Dunia 1974 sangat layak diapresiasi.

Kala itu, pada laga pamungkas, Belanda berjumpa dengan sang tuan rumah, Jerman Barat, yang diperkuat oleh Franz Beckenbauer. Laga akhirnya dimenangi Jerman Barat dengan kedudukan 2-1.

Cruyff dijuluki The Total Footballer karena mampu memeragakan gaya bermain total football dengan baik. Total football merupakan permainan di mana semua pemain dengan fleksibel memungkinkan bertukar posisi secara konstan.

Gaya bermain ini mengharuskan semua pemain memiliki kemampuan menyerang dan bertahan sama baiknya, ditambah fisik prima agar dapat tampil stabil selama 90 menit.

Total football terus dikembangkan Cruyff, terutama saat berkarier sebagai pelatih di Ajax dan Barcelona. Ia merupakan penganut keindahan dan efisiensi dalam sepak bola.

Pada Kamis (24/3/2016), Cruyff mengembuskan napas terakhirnya. Ia meninggal dunia karena mengalami kanker paru-paru. Dunia pun berduka mendengar kabar tersebut.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X