"Saat bermain di klub waktu remaja, saya mendampingi Debby naik bus ke Medan, Surabaya, dan tempat-tempat lain," begitu kenang Susanto.
"Debby menjalani program latihan khusus. Dia berlatih dengan anak laki-laki. Debby melawan dua atau tiga pemain laki-laki. Hal itu diterapkan supaya memperbaiki ketertinggalan Debby dari pemain-pemain di Pulau Jawa," kata Susanto.
Susanto mengaku anaknya kurang memiliki bakat alami, tetapi Debby disebut punya disiplin dan berkemauan keras.
"Saya katakan pada ibunya, suatu hari anak kami bisa tampil sebagai pemenang," ujarnya.
Sebelumnya, sempat ada perasaan berat bagi Susanto merelakan Debby menjadi atlet bulu tangkis.
Karena, hal tersebut berarti kedua orang tua Debby harus kehilangan banyak kebersamaan bersama putri satu-satunya itu.
Susanto menyebut keputusan melepas Debby menjadi atlet adalah atas kesepakatannya bersama sang istri, Sugiaty Budiman, dengan prinsip hidup adalah pilihan.
"Hidup itu pilihan. Kalau Debby terus-menerus dekat dengan kami, dia akan sulit berkembang. Kuncinya, sebagai orang tua kami tetap mengawasi, akhirnya pelan-pelan dia menjadi dewasa" tutur Susanto.
Dikatakan oleh Susanto, dirinya sangat tegas dengan cita-cita anak-anaknya.
Menurutnya, waktu tidak dapat diputar kembali. Jadi, kalau ada penyesalan tidak akan bisa mengulang waktu. Maka, perlu keseriusan dalam memilih jalan hidup.
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | - |
Komentar