Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Cerita Sang Ayah Tentang Perjalanan Debby Susanto

By Selasa, 22 Maret 2016 | 21:38 WIB
Debby Susanto (kiri) berpose bersama sang ayah, Susanto Darmawan, usai acara penyerahan penghargaan Bakti Djarum Foundation di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (22/3/2016).
DIAN LESTARI/JUARA.NET
Debby Susanto (kiri) berpose bersama sang ayah, Susanto Darmawan, usai acara penyerahan penghargaan Bakti Djarum Foundation di Plaza Senayan, Jakarta, Selasa (22/3/2016).

Pemain bulu tangkis ganda campuran Indonesia, Debby Susanto, sukses meraih kemenangan di ajang All England 2016, di Barclaycard Arena, Birmingham, 13 Maret 2016.

Sempat disebut-sebut sebagai spesialis kekalahan, Debby berhasil membuktikan eksistensi dirinya sebagai juara All England 2016.

Di balik kemenangan Debby, sang ayah, Susanto Darmawan, menceritakan kepada JUARA perjalanan sang putri. Susanto berkisah perjuangan Debby dari awal memulai karier di Palembang hingga status juara yang kini disandang Debby saat ini.

"Waktu itu saya katakan kepada Debby bahwa kami berasal dari daerah. Jadi, akan sulit untuk mengalahkan anak-anak dari Pulau Jawa. Karena dari kecil mereka pasti punya fasilitas yang lengkap. Akhirnya, saya tantang Debby untuk berangkat ke Jawa," tutur Susanto.

Sang ayah mengaku, ia menargetkan Debby masuk klub Djarum Foundation. Ia mendengar Djarum cukup perhatian terhadap atletnya.

Apalagi, Susanto menyebut bahwa kakak Debby juga dulu mantan pemain klub Djarum Foundation.

Menyadari fisik Debby yang tidak setaraf dengan pemain-pemain lain di klub, Susanto menceritakan dirinya sempat membuatkan program latihan sederhana untuk sang putri yang ia awasi sendiri.

Hal itu berlangsung hingga akhirnya Debby memutuskan untuk mantap serius di bulu tangkis.

Agar dapat total mendukung putrinya di bulu tangkis, Susanto memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai PNS.

Saat itu, dirinya berprofesi sebagai dosen di Fakultas Kedokteran bagian gizi di Universitas Sriwijaya, Palembang.

"Saat bermain di klub waktu remaja, saya mendampingi Debby naik bus ke Medan, Surabaya, dan tempat-tempat lain," begitu kenang Susanto.

"Debby menjalani program latihan khusus. Dia berlatih dengan anak laki-laki. Debby melawan dua atau tiga pemain laki-laki. Hal itu diterapkan supaya memperbaiki ketertinggalan Debby dari pemain-pemain di Pulau Jawa," kata Susanto.

Susanto mengaku anaknya kurang memiliki bakat alami, tetapi Debby disebut punya disiplin dan berkemauan keras.

"Saya katakan pada ibunya, suatu hari anak kami bisa tampil sebagai pemenang," ujarnya.

Sebelumnya, sempat ada perasaan berat bagi Susanto merelakan Debby menjadi atlet bulu tangkis.

Karena, hal tersebut berarti kedua orang tua Debby harus kehilangan banyak kebersamaan bersama putri satu-satunya itu.

Susanto menyebut keputusan melepas Debby menjadi atlet adalah atas kesepakatannya bersama sang istri, Sugiaty Budiman, dengan prinsip hidup adalah pilihan.

"Hidup itu pilihan. Kalau Debby terus-menerus dekat dengan kami, dia akan sulit berkembang. Kuncinya, sebagai orang tua kami tetap mengawasi, akhirnya pelan-pelan dia menjadi dewasa" tutur Susanto.

Dikatakan oleh Susanto, dirinya sangat tegas dengan cita-cita anak-anaknya.

Menurutnya, waktu tidak dapat diputar kembali. Jadi, kalau ada penyesalan tidak akan bisa mengulang waktu. Maka, perlu keseriusan dalam memilih jalan hidup.

"Dulu, waktu saya masih PNS, saya pernah memberikan pilihan kepada anak-anak. Jalan apapun boleh dipilih, asal ditekuni dan harus mendapatkan hasil dari yang ditekuni tersebut. Kalau tidak, sia-sia semua," katanya.

"Awalnya, saya memang bercita-cita salah satu anak saya bisa menjadi dokter untuk menggantikan saya. Nyatanya tidak ada. Hal itu membuat saya sadar bahwa semua orang punya talenta masing-masing yang diberikan Tuhan. Jadi, tidak perlu menjadi sarjana, yang penting harus berhasil di jalannya masing-masing," tutur Susanto.

Terkait jarak yang memisahkan mereka dan juga jadwal latihan Debby yang padat, Susanto mengatakan hubungan sang putri dengan keluarga tetap dekat. Setiap hari mereka selalu melakukan komunikasi.

Ketika menelepon sang putri usai mengalami kekalahan, Susanto mengatakan Debby hanya akan meminta maaf karena belum bisa memberikan yang terbaik.

"Lalu, kami menyemangati Debby sambil mengatakan bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda. Itulah yang akan menempa dirinya menjadi kuat dan punya mental pemenang, dan pasti Tuhan akan memberikan itu," tuturnya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X