Sebelum bersua Sassuolo, Milan tak terkalahkan dalam Sembilan pertandingan liga secara beruntun. Pada periode tersebut, I Rossoneri juga selalu bisa mencetak gol.
Sebutan provinciale (istilah untuk menjelaskan pendekatan sepak bola ala tim-tim medioker), yang mulai jarang didengar oleh telinga pemain-pemain Milan, kini kembali nyaring bergema seturut performa mengecewakan mereka di babak kedua versus Sassuolo.
Tak Layak
Paruh kedua musim masih jelas menunjukkan kesemenjanaan Milan. I Rossoneri sering mengejutkan lawan yang punya peringkat lebih mapan, tapi malah gagal menang ketika bertemu timtim yang berada di bawah mereka.
Milan ganti menjadi sasaran balas dendam oleh tim-tim yang mereka kalahkan di paruh pertama, seperti Empoli (2-1), Udinese (3-2), dan Sassuolo (2-1).
Pada paruh kedua, I Rossoneri gagal menang saat berjumpa Empoli (2-2), Udinese (1-1), dan Sassuolo (0-2). Ketiga tim tersebut berperingkat lebih rendah dari Milan.
Menilik tren tersebut, I Rossoneri punya tugas berat karena delapan dari 10 pekan tersisa memuat perjumpaan dengan klub-klub di bawah mereka.
Menghadapi tim-tim seperti Chievo, Atalanta, Carpi, atau Frosinone, mustahil bagi Milan melakukan pendekatan "menunggu", yang sukses digunakan ketika mereka membekuk Fiorentina dan Inter di paruh kedua musim.
Permasalahannya, tatkala banyak menguasai bola, Milan malah sering gagal menghadirkan efek kejut. Terlebih jika Giacomo Bonaventura dan Carlos Bacca tak sedang dalam performa terbaik.
"Masih ada 10 partai lagi dan kami akan mencoba untuk menang di laga rumit berikut melawan Chievo," kata Mihajlovic.
Jika angka-angka statistic menjadi acuan, Milan memang tak layak berada di posisi tiga besar. Catatan statistik mereka yang "masuk zona Liga Champions" hanyalah jumlah offside.
Personel I Rossoneri terjebak offside sebanyak 89 kali, alias tertinggi kedua di Italia setelah Chievo (93).
Editor | : | Weshley Hutagalung |
Sumber | : | Tabloid BOLA No.2.657 |
Komentar