Setelah berhasil, ia berlari riang keluar arena. Anak yang lain berbeda. Setelah salim, ia berlari ke arah orang tuanya yang duduk di tribun.
Apa dinyana, ia tersandung undakan tribun. Ketimbang sakit, rasa malunya yang bicara. Di atas segalanya, ia girang bukan kepalang.
Beda di Jawa
Kido sendiri mengaku bahwa “kesibukan” luar biasa itu baru kali ini ia alami. Dua sirnas sebelumnya yang ia ikuti, keduanya di Pulau Jawa, tak menyajikan permintaan berfoto bersama sebanyak di Banjarmasin ini.
Saat menang di perempat final bersama Hendra Aprida Gunawan, Kido sempat bergurau merasa lebih capek pemanasan dan memenuhi permintaan penggemar dari pada saat turun bermain meladeni ganda muda Jaya Raya, Gabriel Sambouw/Gusti Ahmad Ali Saputra.
Barangkali, Kido tak sedang bergurau. Ia hampir selalu “dicegat” sebelum bermain bahkan saat pemanasan, hingga setelah bermain. Dari bocah sampai orang tua. Silih berganti, nyaris tanpa henti.
Namun, peraih emas Olimpiade 2008 berpasangan dengan Hendra Setiawan ini tetap sabar melayani para penggemar.
Ia memahami keinginan mereka sembari memberikan perbandingan.
“Penggemar bulu tangkis di Jawa sudah cukup sering melihat secara langsung saya bermain. Tidak demikian dengan penggemar di Banjarmasin,” katanya.
Sayang, kesempatan kakak Pia ini membuat penutup lezat buat publik Banjarmasin tertutup. Kendati keluar sebagai juara ganda putra bersama Hendra, mereka hanya menang walkover atas Fran Kurniawan/Tri Kusuma Wardhana.
Padahal, tiket berharga 25 ribu rupiah ternyata tak menghalangi niat para pencinta bulu tangkis untuk datang ke final (pemberlakuan harga tiket masuk dimulai pada semifinal).
Jadi, tak perlu heran kalau pemain berprofil tinggi akan dipaksakan hadir meramaikan turnamen.
[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4786075275001&preload=none[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Sirkuit Nasional |
Komentar