Pelatih Real Madrid, Zinedine Zidane (43), masih yakin timnya memiliki peluang untuk menyalip Barcelona di puncak klasemen. Guna mewujudkannya, dia harus belajar pada sejarah yang ditorehkan pendahulunya di El Real, Rafael Benitez (55).
Sampai pekan ke-25 La Liga, Madrid masih terpaut minus 9 angka dari Barcelona. Pasukan Zidane bahkan tercecer di peringkat ketiga setelah Barca dan Atletico Madrid.
"Kami sama sekali tak mengucapkan selamat tinggal pada La Liga," ujar Zidane usai timnya ditahan Malaga, Minggu (21/2/2016).
Optimisme legenda Prancis itu disokong fakta bahwa Madrid masih punya peluang meraup maksimal 39 poin dalam 13 pekan tersisa.
Namun, berkaca pada sejarah, tanda-tanda buruk sudah muncul bagi Madrid.
Belum pernah ada tim yang mampu mengatasi defisit 9 poin dari pemuncak klasemen pada pekan ke-25 untuk menjadi juara di akhir musim.
Zidane toh masih punya setitik harapan, setidaknya untuk memberi tekanan berat pada Barca.
Ia bisa belajar pada Benitez, pelatih yang digantikannya pada Januari lalu, buat melakukan comeback fantastis menjelang periode akhir musim.
Benitez ialah satu-satunya pelatih yang mampu memangkas defisit 8 poin di pekan ke-25 untuk menjadi kampiun La Liga.
Ia melakukannya bersama Valencia pada 2003-2004. Kala itu, Rafa membawa timnya ngebut dengan meraih 26 poin dalam 13 pekan sisa. Pemimpin klasemen pada pekan ke-25 musim itu tak lain ialah Madrid!
Pada akhir musim, Valencia asuhan Benitez bahkan mampu finis dengan keunggulan 7 poin di atas El Real asuhan Carlos Queiroz.
Tugas Valencia tersebut dipermudah oleh hancurnya Madrid di fase krusial akibat raihan cuma 4 kemenangan, 2 kali seri, dan 7 kekalahan sampai akhir musim.
Pertanyaannya, apakah kemunduran serupa bakal dialami Barcelona musim ini guna melapangkan jalan Madrid ke puncak?
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | Sport.es |
Komentar