Milan asuhan Sinisa Mihajlovic sering dihantui sebutan provinciale, atau bisa diartikan tim bermental medioker. Sebutan itu tampak masih pantas disandang oleh Milan.
Milan besutan Mihajlovic dilabeli sebutan medioker karena jarang mengendalikan permainan.
Rata-rata penguasaan bola I Rossoneri musim ini hanya 50,8 persen, alias urutan kesembilan di Serie A 2015-2016.
Ukuran kepantasan Milan menyandang cap medioker juga bisa dilihat dari hasil mereka melawan tim papan tengah bawah.
Salah satu penyebab utama kenapa I Rossoneri belum jua mampu menembus posisi tiga besar adalah mereka kerap tersandung melawan tim-tim gurem.
Tim-tim yang di atas kertas seharusnya bisa dikalahkan, justru menjadi pemusnah momentum kebangkitan Milan.
Setelah mengawali Serie A 2015-2016 dengan start yang tak begitu meyakinkan, Milan bangkit pada rentang Oktober-November 2015. Tiga kemenangan beruntun atas Sassuolo (2-1), Chievo (1-0), dan Lazio (3-1) disebut telah mengeluarkan I Rossoneri dari mode krisis.
[video]http://video.kompas.com/e/4743325997001_ackom_pballball[/video]
Namun, optimisme kembali berubah menjadi pesimisme ketika mereka ditahan imbang 0-0 Atalanta di San Siro pada pekan ke-13.
Fenomena serupa terulang sampai tiga kali. Ketika Milan berpikir bahwa mereka telah melewati krisis, tim-tim medioker tampil sebagai hantu yang menghidupkan lagi ketakutan Carlos Bacca dkk.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | La Gazzetta dello Sport |
Komentar