Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

AC Milan Masih Erat dengan Kata 'Medioker'

By Rabu, 10 Februari 2016 | 21:05 WIB
Striker Milan, Mario Balotelli, dijaga ketat oleh dua pemain Udinese pada laga pekan ke-24 Serie A 2015-2016.
Marco Luzzani
Striker Milan, Mario Balotelli, dijaga ketat oleh dua pemain Udinese pada laga pekan ke-24 Serie A 2015-2016.

Milan asuhan Sinisa Mihajlovic sering dihantui sebutan provinciale, atau bisa diartikan tim bermental medioker. Sebutan itu tampak masih pantas disandang oleh Milan.

Milan besutan Mihajlovic dilabeli sebutan medioker karena jarang mengendalikan permainan.

Rata-rata penguasaan bola I Rossoneri musim ini hanya 50,8 persen, alias urutan kesembilan di Serie A 2015-2016.

Ukuran kepantasan Milan menyandang cap medioker juga bisa dilihat dari hasil mereka melawan tim papan tengah bawah.

Salah satu penyebab utama kenapa I Rossoneri belum jua mampu menembus posisi tiga besar adalah mereka kerap tersandung melawan tim-tim gurem.

Tim-tim yang di atas kertas seharusnya bisa dikalahkan, justru menjadi pemusnah momentum kebangkitan Milan.

Setelah mengawali Serie A 2015-2016 dengan start yang tak begitu meyakinkan, Milan bangkit pada rentang Oktober-November 2015. Tiga kemenangan beruntun atas Sassuolo (2-1), Chievo (1-0), dan Lazio (3-1) disebut telah mengeluarkan I Rossoneri dari mode krisis. 

[video]http://video.kompas.com/e/4743325997001_ackom_pballball[/video]

Namun, optimisme kembali berubah menjadi pesimisme ketika mereka ditahan imbang 0-0 Atalanta di San Siro pada pekan ke-13. 

Fenomena serupa terulang sampai tiga kali. Ketika Milan berpikir bahwa mereka telah melewati krisis, tim-tim medioker tampil sebagai hantu yang menghidupkan lagi ketakutan Carlos Bacca dkk.

Pada 28 November silam, kepercayaan diri Milan seolah bangkit usai membungkam Sampdoria 4-1. Namun, kebahagiaan itu bersifat prematur karena pada sepasang partai berikut, Il Diavolo tertahan oleh Carpi (0-0) dan Verona (1-1).

Awal tahun 2016 seperti petaka karena Milan takluk 0-1 dari Bologna di San Siro. I Rossoneri gagal mempertahankan spirit pada akhir 2015, di mana mereka bisa menekuk Frosinone 4-2. 

Kebangkitan Milan lagi-lagi bersifat semu karena kemenangan beruntun atas Inter (3-0) dan Palermo (2-0) pada pekan ke-22 serta 23, tak diikuti poin sempurna saat melawan Udinese (1-1).

Jika Milan bukan tim medioker, 12 poin harusnya bisa mereka genggam saat melawan Atalanta, Verona, Bologna, dan Udinese.

Memakai perhitungan itu, I Rossoneri akan mengoleksi 49 poin dan nangkring di posisi tiga klasemen!

Akan tetapi, kenyataan di atas lapangan jauh berbeda dari angan-angan Milan. Duel melawan Atalanta, Verona, Bologna, dan Udinese cuma menghasilkan tiga angka.

Milan pun harus rela berada di posisi enam klasemen dengan koleksi 40 poin dan masih terus disebut medioker.

"30 tahun mendatang kita akan berada dalam kondisi serupa. Sebuah klub tanpa ambisi, tim medioker tanpa pemain juara," demikian bunyi spanduk yang dibentangkan suporter garis keras Milan pada laga derbi kontra Inter 31 Januari silam.

[video]http://video.kompas.com/e/4744541461001_ackom_pballball[/video]

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor : Firzie A. Idris
Sumber : La Gazzetta dello Sport


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X