Sokongan dana tak terbatas dari para pemilik membuat PSG begitu leluasa mendatangkan pemain berkelas dunia. Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, dan terbaru Angel Di Maria adalah sedikit nama bintang yang mendarat di Parc des Princes pada era QIS.
Tak heran, PSG dominan di liga dan kini begitu ambisius untuk merealisasikan target di kancah Eropa: juara Liga Champion.
Sebaliknya, pemilik Marseille asal Swiss, Margarita Louis-Dreyfus, tidak seroyal QIS dalam berbelanja pemain, malah terlalu irit.
Tidak memiliki banyak pemain bintang membuat peringkat 4 klasemen Ligue 1 2014/15 itu saat ini tertatih-tatih di papan tengah.
Berdasarkan kondisi ini, bukan kejutan apabila PSG melanjutkan dominasi mereka di le classique edisi ke-88 akhir pekan inidan memperpanjang rekor tak terkalahkan menjadi 11 pertemuan.
Tanpa Pendukung
Usaha PSG mengalahkan sang musuh bebuyutan tidak akan mendapatkan dukungan langsung dari fan mereka.
Pada Selasa (2/2), kepolisian Kota Marseille merilis pernyataan larangan suporter PSG hadir di Stade Velodrome.
"Pemusuhan antara pendukung Marseille dan PSG telah mengakar selama bertahun-tahun. Kehadiran pendukung PSG di sekitar StadionVelodrome akan memicu risiko serius bagi keselamatan manusia," begitu bunyi pernyataan itu.
Salah satu hal yang membuat le classique amat besar di Prancis adalah para fan. Hanya, dukungan militan untuk tim kesayangan acap kali berujung pada insiden yang melukai orang, merusak benda, hingga menelan nyawa.
Sejak 1995, setidaknya ada 14 insiden yang melibatkan fan. Kejadian terkini terjadi padaSeptember 2015, di mana sejumlah fan Marseille ditangkap karena menyerang bus tim PSG.
[video]http://video.kompas.com/e/4738300576001_ackom_pballball[/video]
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.652 |
Komentar