Kemenangan 5-1 atas Sporting Gijon di Santiago Bernabeu, Ahad lalu, memastikan Real Madrid mengoleksi 10 gol di dua laga perdana bersama Zinedine Zidane. Akan tetapi, perjalanannya masih panjang.
Sebelum bersua Gijon, gelontoran lima gol tanpa balas juga dilakoni Madrid pada saat menjamu Deportivo la Coruna (9/1).
Bedanya, jika hanya Gareth Bale dan Karim Benzema yang berhasil masuk papan skor di laga pertama Zizou, weekend kemarin Cristiano Ronaldo juga ikut ambil bagian dalam gelaran pesta gol Si Putih.
Ronaldo bahkan mencetak dua gol, sama seperti yang diukir Benzema. Sementara itu, Bale menyumbang satu gol, sehingga membuat kumpulan gol BBC di La Liga musim 2015/16 menyentuh angka 45.
“Mencetak lima gol sebanyak dua kali jelas tidak mudah. Namun, pantas diingat bahwa kami masih berada di tahap awal,” begitu kata Zidane di situs resmi klub, menanggapi pujian selangit yang dialamatkan padanya sejak mengambil alih kursi Rafael Benitez di awal Januari.
[video]http://video.kompas.com/e/4718926418001_ackom_pballball[/video]
Ketimbang menyoroti komentar menyoal pesta gol BBC, rasanya lebih baik melihat lebih jauh tentang kalimat pengingat Zizou.
Sebabnya, di era Benitez pun Madrid sempat menang dua kali beruntun dengan skor 5-0 dan 6-0 saat bertemu Real Betis dan Espanyol di jornada 2 dan 3.
Pada pengujung Desember, Sergio Ramos dkk. bahkan sukses mencatatkan kemenangan terbesar Madrid di musim ini, dan terbesar kedua sepanjang sejarah setelah skor 11-0 vs Elche di 1959/60, tatkala melumat Rayo Vallecano dengan hasil 10-2.
Artinya, sama sekali tak adil apabila publik langsung menjatuhkan vonis bahwa Zizou lebih baik daripada Rafa. Pendahulu Zizou itu terbukti bisa mencatat 11 gol bersih dalam dua laga beruntun.
Ia juga mampu membuat Madrid menjaringkan dua digit gol dalam satu laga.
Sentuhan Pribadi
Dibutuhkan perjalanan yang jauh lebih panjang dari sekadar dua partai untuk benar-benar menilai kinerja Zidane.
Meski begitu, dalam dua laganya tersebut, legenda hidup Les Bleus ini tampak sudah bisa mengambil kendali di dalam ruang ganti pemain. Hal yang tak mampu dilakukan Rafa, sejak dirinya mendarat hingga dipecat.
“Pada saat mengambil alih tim ini, saya mengetahui secara pasti kondisi di dalamnya. Saya tahu apa yang bisa dilakukan tim ini, dan apa yang akan dilakukan ke depannya. Saya punya keyakinan tinggi pada skuat ini, dan kami ingin memenangi laga dan meraih trofi pada akhir musim nanti,” ujar Zizou pada kesempatan berbeda.
Ketika memaparkan program secara singkat di awal kedatangannya, Zidane mengatakan bahwa dirinya akan mengembalikan gaya ofensif Madrid.
“Sepak bola dengan sentuhan pribadi dan dengan permainan menyerang,” begitu secara persis kata-kata yang terlontar dari mulut ayah tiga anak tersebut.
Sentuhan pribadi Zidane telah terlihat dalam sisi ofensif Madrid di dua laga pertamanya.
Tak cuma haus gol, Cristiano Ronaldo cs. juga menunjukkan ketajaman eksepsional sejak sepak mula. Tak tanggung-tanggung trigol yang dicetak Bale, Ronaldo dan Benzema, di menit ke-7, 9, dan 12, masuk buku rekor Los Merengues.
Untuk pertama kalinya sejak membentuk trisula, baru kali ini BBC mampu masuk score sheet secara bersamaan, sebelum laga menginjak 15 menit pertama.
Selain itu, laju tiga gol dalam 12 menit juga belum pernah dilakoni penggawa Madrid sejak 15 Januari 1956, tatkala Di Stefano (4’), Castano (9’) and Rial (10’) mengoyak jala Getafe dalam kemenangan 8-3.
Benahi Fisik
“Zidane seperti memberikan sayap baru bagi Madrid, sebuah dorongan ekstra. Kami seolah mampu memberi identitas klub bersama Zidane. Sepak bola memang seperti ini,” ungkap Ronaldo di Marca.
"Baik Zidane maupun Rafa menginginkan yang terbaik buat klub, tapi secara pribadi saya merasa lebih nyambung bersama Zidane. Jangan tanya alasannya," lanjutnya.
“Tentu kami selalu ingin bermain sebaik-baiknya. Namun, entah mengapa, di bawah kendali Zidane kami lebih memahami segala instruksi. Apa yang terlihat di lapangan mungkin bisa menjadi bukti bahwa kami kini bermain sedikit lebih baik,” sambung Isco.
Belaian di bagian belakang kepala saban pemain menuju bangku cadangan sekembalinya dari dalam lapangan, bak figur ayah yang menyayangi anaknya, menjadi pemandangan baru di era Zizou.
Ini merupakan bagian yang terlihat dari “kemenangan” Zidane mengendalikan ruang ganti.
Meski memperlihatkan sinyal positif, Zizou tetap mengaku belum puas.
“Kita bisa selalu memperbaiki diri. Namun, yang utama, kami wajib membenahi fi sik. Kami harus bekerja keras untuk terus memenangi laga. Terutama laga di akhir musim di saat gelar yang jadi taruhannya,” tutup Zizou.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.650 |
Komentar