Bek senior Chelsea, John Terry (JT), menjadi pemeran utama dalam laga dramatis tersebut pada Sabtu (16/1/2016) pekan lalu. Kini, ia harus terus tampil habis-habisan hingga bulan Mei jika ingin dapat kontrak baru idamannya.
Terry menyelamatkan Chelsea pada menit ke-97 dan 53 detik untuk menjadikan skor imbang 3-3 melawan Everton.
Gol itu bahkan menjadi catatan baru sebagai gol paling telat kedua di Premier League, hanya kalah dari torehan Yakubu Aiyegbeni ke gawang Wigan, yang tercipta pada menit ke-98 dan 14 detik, pada November 2011.
Akan tetapi, peristiwa dramatis tersebut tetap tak mengurangi pertanyaan tentang eksistensi JT di Chelsea.
Terry disebut telah berada dalam posisi antara ada dan tiada. Sebelumnya JT memberikan keuntungan kepada Everton melalui gol bunuh dirinya.
Gol bunuh diri dari JT sekaligus mencatatkan dirinya sebagai pemain ketiga setelah Oliver Giroud (Arsenal) dan Troy Deeney (Watford) yang mencetak gol bunuh diri sekaligus gol ke gawang lawan pada Premier League 2015/16.
Meski begitu, bukan hanya soal gol bunuh diri yang disorot dari JT, melainkan pula bagaimana performa sang kapten yang sudah terlihat sangat keteteran dalam menghadapi kecepatan dan penetrasi pemain lawan.
Tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu penyebab terjunnya performa Chelsea pada musim ini terletak pada kelemahan sektor belakang, tempat di mana JT, yang sekarang telah berusia 35 tahun, mengambil posisi.
[video]http://video.kompas.com/e/4708417769001_ackom_pballball[/video]
Proses alamiah memang tak bisa dihindari. Dari pemain muda, matang, dan kini menjadi senja. JT bukan lagi batu karang yang sulit dibongkar lawan. Jika bukan karena Jose Mourinho, Terry sebetulnya sudah pensiun pada musim ini.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA 2.650 |
Komentar