Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Alasan Luciano Spalletti Bakal Membawa AS Roma Bangkit

By Beri Bagja - Jumat, 15 Januari 2016 | 15:27 WIB
Ekspresi Luciano Spalletti saat memimpin Zenit St. Petersburg menghadapi Volga Nizhny dalam partai Liga Rusia, 19 Mei 2013.
Mike Kireev/Epsilon/Getty Images
Ekspresi Luciano Spalletti saat memimpin Zenit St. Petersburg menghadapi Volga Nizhny dalam partai Liga Rusia, 19 Mei 2013.

Luciano Spalletti melakoni hari-hari pertama sebagai pelatih AS Roma. Pengganti Rudi Garcia itu punya berbagai alasan untuk membawa Roma bangkit.

Spalletti memimpin sesi latihan pertamanya sebagai bos Roma, Jumat (15/1/2016). Peracik taktik berkepala gundul itu disambut dengan antusiasme tinggi oleh fan dan klub.

Spalletti, 56 tahun, wajib membayar harapan tersebut dengan kinerja paten guna mendongkrak kembali I Lupi ke jalur persaingan scudetto. Berikut alasan yang bakal memuluskan langkah Spalletti.

Pengalaman

Pemilihan Spalletti amat beralasan karena dia lebih dulu tahu jeroan di tubuh Sang Serigala daripada Garcia. Spalletti berpengalaman melakoni rezim pertama sebagai pelatih Roma pada 2005-2009.

Sumbangsihnya berupa trofi Coppa Italia 2006-2007 dan 2007-2008, serta Piala Super Italia 2007. Catat pula bahwa deretan gelar tersebut ialah himpunan titel terakhir yang diraih Roma.

Walau kondisi di tim mereka saat ini sudah berbeda jauh dibandingkan tujuh tahun silam, keterikatan emosional Spalletti bersama Roma bakal menjadi modal penting buat membangun prestasi klub.

Kaya Variasi Taktik

Salah satu faktor yang menyebabkan kemunduran Roma di tangan Garcia ditengarai karena sang arsitek miskin inovasi guna memberdayakan skuatnya. Garcia sangat terpaku pada pola 4-3-3 atau saudara dekatnya, 4-2-3-1.

Jadi, ketika kreativitas tim mentok, mereka seperti tak punya opsi lain buat mengembalikan keganasan. Dalam 19 pekan musim ini di Serie A, Garcia 15 kali menggeber sistem 4-3-3 sebagai pedoman sebelas awal dan sisa empat kesempatan buat 4-2-3-1.

Hal itu berbeda dengan Spalletti, yang lebih kaya dengan variasi taktik. Sepanjang musim 2006-2007 atau periode tersuksesnya di Roma, ia memakai 4-3-2-1, 4-2-3-1, 4-1-3-2, 4-3-3, hingga 4-1-4-1.

Metode adaptif ini diyakini sebagai solusi memberdayakan kualitas personel sesuai kebutuhan permainan.

Maksimalkan Pemain


Aksi Francesco Totti melawan Sassuolo di Olimpico, Roma, 20 September 2015. (Paolo Bruno/Getty Images)

Spalletti ialah orang yang berjasa besar mengubah peran Francesco Totti dari sosok trequartista ulung di Italia menjadi prima punta alias penyerang tengah yang subur. Inovasi itu terjadi di musim 2006-2007. 

Oleh Spalletti, Totti sering dipasang sebagai bomber tunggal dalam skema 4-2-3-1. Sang kapten pun sukses menjalankan tugas tersebut dan mengakhiri musim sebagai raja gol Serie A.

Keahlian memaksimalkan potensi pemain itulah yang menjadi nilai plus Spalletti. Siapa tahu dengan masuknya sang pelatih, Totti dapat kembali vital menyokong klub meski sudah memasuki usia senja.

Atau, nantikan pula bagaimana cara Spalletti membangkitkan Edin Dzeko dan Mohamed Salah.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor :
Sumber : ESPN, La Gazzetta dello Sport


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X