GP2 Series 2015 menghadirkan juara baru yaitu Stoffel Vandoorne, pebalap Belgia dari tim ART Grand Prix.
Vandoorne tampil mengesankan dengan meraih total enam kemenangan sepanjang musim yang didapat di Bahrain, Spanyol, Monako, Austria, Belgia, dan Abu Dhabi.
Selain meraih enam kemenangan, Vandoorne juga enam kali menjadi runner-up, serta menempati posisi ketiga sebanyak tiga kali.
Dengan catatan itu, poin Vandoorne tak tersenuh oleh pebalap lainnya. Ia pun sering disebut sebagai "The Next Hamilton".
Berkat hasil mengesankan yang diraih, Vandoorne berhak atas gelar juara GP2 Series 2015 dengan total 341,5 poin.
Menjelang musim 2015 berakhir, Vandoorne mendapat kabar baik dari tim Formula 1, McLaren. Ia akan menjadi pebalap peguji McLaren untuk musim 2016.
"Keberhasilan di GP2 membuat saya meraih tiga gelar juara, setelah Formula Renault 1.6 (2010), Formula Renault 2.0 (2012)," kata Vandoorne.
Kejutan Sirotkin
Selain dominasi Vandoorne, GP2 Series 2015 juga diwarnai dengan kejutan yang ditunjukkan pebalap belia asal Rusia, Sergey Sirotkin.
Pebalap berusia 18 tahun itu tampil sebagai rookie of the year dengan menempati peringkat ketiga pada klasemen balap akhir musim.
Penampilan Sirotkin pada awal musim tak terlalu menjanjikan. Namun, perlahan tetapi pasti pebalap Rapax itu mampu meraih podium.
Podium perdana Sirotkin diraih pada balapan kedua (sprint race) GP Monako. Ketika itu, Sirotkin menempati posisi finis ketiga.
Setelah memetik kemenangan di Inggris dan meraih dua podium di Hungaria, Sirotkin akhirnya menutup musim 2015 di posisi ketiga klasemen.
Ia unggul satu poin atas Rio Haryanto, pebalap Indonesia yang menutup musim di posisi keempat dengan 138 poin.
Editor | : | Pipit Puspita Rini |
Sumber | : | - |
Komentar