Ekspektasi besar pun dialamatkan kepada Martial. Apalagi, ia direkrut pada musim panas 2015 dengan harga mahal, 36 juta pound.
Namun, Van Gaal berulang kali meminta agar fan tidak berharap Martial mencetak gol di setiap pertandingan.
Permintaan pelatih asal Belanda itu sesungguhnya masuk akal karena beberapa alasan.
Pertama, Martial belum punya banyak pengalaman. Ia bukan Robin van Persie, bomber yang mencetak gol hampir di setiap partai EPL 2012/13.
Martial bukan pemain matang macam Van Persie, yang datang ke Old Trafford dari Arsenal membawa status pencetak gol terbanyak EPL 2011/12.
Kedua, Martial perlu beradaptasi mengingat ia bukan hanya berada di klub baru, tapi juga kompetisi baru.
Atmosfer EPL tentu berbeda dari Ligue 1. Dalam usia seperti Martial, pelatih pada umumnya senang menggali potensi si pemain guna menemukan posisi terbaik.
Rotasi peran menjadi cara untuk menemukan potensi tersebut. Ambil contoh Cristiano Ronaldo. Eks bintang United itu pada awalnya dikenal sebagai sayap muda berbakat, bukan penyerang seperti saat ini.
Maka, bila statistik EPL musim ini dapat menjadi acuan karier Martial, bukan kejutan besar ia bisa menjelma sebagai sayap yang memesona bagi Sang Iblis Merah.
Salah satu modal bagus seorang sayap telah dimiliki Martial, yaitu dribel. Ia membuat dribel sukses terbanyak bagi United di EPL 2015/16, yakni 43 kali. Pesaing terdekatnya adalah Memphis Depay (19 dribel).
Penulis: Theresia Simanjuntak
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA Edisi 2.648 |
Komentar