Legenda Arsenal asal Prancis, Thierry Henry, baru-baru ini mengkritik Manajer Manchester United, Louis van Gaal karena dinilai menyia-nyiakan bakat penyerang Anthony Martial.
Peduli terhadap bakat muda yang sebangsa dengannya, Henry mengaku tidak senang melihat Martial diplot sebagai sayap kiri oleh Van Gaal pada pola 4-2-3-1.
Di klub lamanya, Monaco, pria berusia 20 tahun itu lebih sering ditempatkan sebagai pemain nomor 9.
Situs Transfermarkt mencatat Martial mengukir delapan gol dan lima assist dalam 26 penampilan sebagai penyerang tengah di semua kompetisi 2014/15.
Di United, Martial sering tak mendapatkan peran idealnya karena Van Gaal lebih memercayakan posisi tersebut kepada sang kapten, Wayne Rooney.
Ketika Martial puasa gol di EPL dari 25 Oktober sampai 12 Desember 2015, tidak sedikit yang menyalahkan Van Gaal karena merotasi posisi Martial ke kiri atau tengah.
Walau terus menuai kritik, Van Gaal tetap percaya bahwa Martial memang bisa bermain sebagai penyerang tengah atau sayap.
Dalam tiga penampilan liga terakhir, Martial berperan dalam dua posisi berbeda.
Ia beraksi sebagai penyerang tengah kontra Stoke (26/12), lalu sebagai sayap kiri melawan Chelsea (28/12) dan Swansea (2/1).
Sementara Van Gaal masih menghadapi kritik, Martial justru memperlihatkan dirinya mulai nyaman dengan peran sayap.
Ayah satu putri itu membuat bek kanan berpengalaman Chelsea, Branislav Ivanovic, kewalahan selama 90 menit.
Kendati tidak mencetak gol, kecepatan Martial terbukti bermanfaat baginya sebagai seorang sayap untuk mendribel bola.
[video]http://video.kompas.com/e/4678057376001_ackom_pballball[/video]
Performa menawan Martial berlanjut di partai kontra Swansea, yang mana ia mencetak satu gol dan satu assist untuk membantu United menang 2-1.
Dalam proses gol kedua United, yang diukir Wayne Rooney pada menit ke-77, Martial menggiring bola sepanjang sisi kanan Swansea sebelum mengumpan ke area penalti. Bola kemudian disambar Rooney dengan tumitnya.
Momen tersebut cukup memperlihatkan bahwa Martial perlahan tapi pasti memesona sebagai sayap kiri. Statistik di EPL 2015/16 bahkan menegaskan Martial sesungguhnya lebih efektif sebagai sayap.
Ditempatkan melebar sebanyak tujuh kali, Martial sudah mengemas tiga gol dan satu assist. Di sisi lain, ia cuma membuat dua gol dan satu assist sebagai penyerang tengah.
[video]http://video.kompas.com/e/4683304880001_ackom_pballball[/video]
Ekspektasi Berlebihan
Tanpa diragukan, Martial adalah salah satu bakat muda yang memikat banyak penikmat sepak bola, terutama suporter United.
Publik begitu terkesan dengan debut Martial, di mana ia masuk sebagai pengganti dan mencetak satu gol ke gawang Liverpool (12/9).
Ekspektasi besar pun dialamatkan kepada Martial. Apalagi, ia direkrut pada musim panas 2015 dengan harga mahal, 36 juta pound.
Namun, Van Gaal berulang kali meminta agar fan tidak berharap Martial mencetak gol di setiap pertandingan.
Permintaan pelatih asal Belanda itu sesungguhnya masuk akal karena beberapa alasan.
Pertama, Martial belum punya banyak pengalaman. Ia bukan Robin van Persie, bomber yang mencetak gol hampir di setiap partai EPL 2012/13.
Martial bukan pemain matang macam Van Persie, yang datang ke Old Trafford dari Arsenal membawa status pencetak gol terbanyak EPL 2011/12.
Kedua, Martial perlu beradaptasi mengingat ia bukan hanya berada di klub baru, tapi juga kompetisi baru.
Atmosfer EPL tentu berbeda dari Ligue 1. Dalam usia seperti Martial, pelatih pada umumnya senang menggali potensi si pemain guna menemukan posisi terbaik.
Rotasi peran menjadi cara untuk menemukan potensi tersebut. Ambil contoh Cristiano Ronaldo. Eks bintang United itu pada awalnya dikenal sebagai sayap muda berbakat, bukan penyerang seperti saat ini.
Maka, bila statistik EPL musim ini dapat menjadi acuan karier Martial, bukan kejutan besar ia bisa menjelma sebagai sayap yang memesona bagi Sang Iblis Merah.
Salah satu modal bagus seorang sayap telah dimiliki Martial, yaitu dribel. Ia membuat dribel sukses terbanyak bagi United di EPL 2015/16, yakni 43 kali. Pesaing terdekatnya adalah Memphis Depay (19 dribel).
Penulis: Theresia Simanjuntak
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA Edisi 2.648 |
Komentar