Tahun baru, semangat baru. Jargon tersebut diusung oleh Rudi Garcia saat memimpin Roma mengawali tahun 2016.
Dalam jumpa pers menjelang duel melawan Genoa (20/12/2015), Garcia mengisyaratkan resolusi bagi Roma ketika menyambut pergantian tahun.
"Akan ada perubahan dalam tim, dimulai dari sesi latihan," kata juru latih asal Prancis itu.
Garcia dibebani tugas berat pada 2016 untuk mengeluarkan Roma sepenuhnya dari krisis. Ia perlu meyakinkan klub bahwa dirinya pantas bertahan di kursi pelatih Sang Serigala.
Roma mengalami penurunan performa cukup drastis dalam enam pekan terakhir. Peringkat I Lupi di Serie A melorot dari pemimpin klasemen hingga terancam keluar dari lima besar.
Radja Nainggolan cs juga tersingkir dari Coppa Italia oleh wakil Serie B, Spezia. Roma sukses mengamankan tiket ke babak 16 besar Liga Champion. Namun, kelolosan mereka disertai catatan buruk.
I Lupi melaju dengan angka kebobolan 16 gol di fase grup alias rekor terbanyak dalam sejarah kompetisi bagi sebuah tim yang lolos ke tahap gugur.
Efeknya bisa ditebak. Posisi Garcia terancam.
Sederet nama calon penggantinya mencuat ke permukaan, seperti Marcello Lippi, Marcelo Bielsa, Walter Mazzarri, sampai eks pelatih Roma, Luciano Spalletti.
RG, sebutan singkat untuk Garcia, bisa sedikit lega setelah timnya menekuk Genoa 2-0 pada laga tutup tahun.
Hasil itu membuat Roma mengakhiri catatan tak pernah menang dalam tujuh partai beruntun di berbagai ajang.
Perubahan Taktik Perubahan mendasar ala Garcia guna meningkatkan kinerja tim ialah menempa pemainnya lebih keras selama periode libur kompetisi.
Awak I Lupi tak bisa berleha-leha karena diprogram buat melakoni tiga kali sesi latihan dobel dalam sehari yang berlangsung pada Selasa-Minggu sepekan ini.
Agenda dobel nan berat itu berlaku pada Rabu (pukul 10.30 dan 15.00 waktu setempat), Kamis (10.30 dan 15.30), serta Sabtu (10.30 dan 15.00).
Program sisanya ialah satu kali sesi intensif, termasuk pada hari perayaan Tahun Baru (1/1/2016).
[video]http://video.kompas.com/e/4659906828001_ackom_pballball[/video]
Setelah Garcia melakukan revolusi program latihan, publik menanti keberaniannya merombak wajah tim dari sisi teknis. Kekurangan nyata dari RG ialah minimnya kreativitas mengolah taktik.
Ia sangat terpaku menerapkan pola 4-3-3 andalannya. Padahal, sistem itu diduga sudah gampang terbaca lawan.
Selama dua setengah tahun membesut Roma, Garcia cuma melakukan 10 kali modifikasi taktik (dari 4-3-3 ke 4-2-3-1) sebagai pedoman sebelas awal dalam 93 partai liga!
Media Italia pun rajin menebak seperti apa wajah baru Sang Serigala dengan taktik anyar menggunakan materi yang ada sekarang.
Apakah Garcia siap bersolek dengan skema 3-5-2 ciri khas Mazzarri, 4-2-3-1 ala Spalletti, 4-3-1-2 seperti Lippi, atau 3-3-1-3 macam Bielsa?
Penulis: Beri Bagja
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA no. 2.647 |
Komentar