Di sisi sebaliknya, banyak juga personel berbanderol mahal yang layak masuk kategori fl op. Salah satu di antaranya ialah Jackson Martinez. Atletico Madrid harus merogoh kocek hingga 35 juta euro atau setara 527 miliar rupiah untuk membelinya dari FC Porto. Namun, Martinez tak menjawab ekspektasi.
Ia mengalami kesulitan beradaptasi dengan gaya Atleti asuhan Diego Simeone. Striker berusia 29 tahun itu baru tampil 533 menit dan mencetak dua gol.
Di semua ajang, ia merumput 799 menit dengan koleksi tiga gol.
Artinya, Jackson butuh rata-rata sekitar empat jam untuk satu gol! Situasi itu sempat memunculkan isu ia siap dilepas lagi pada bursa transfer musim dingin.
"Jackson ingin dan akan sukses di Atletico. Namun, klub yang akan memutuskan masa depannya. Saya tak akan berbohong bahwa di sepak bola tak ada yang tahu masa depannya. Yang jelas, jika harus pergi, dia akan pergi baikbaik lewat pintu depan," tutur agen Martinez, Henrique Pompeo, di As.
"Jackson sangat berterima kasih kepada Atletico yang telah mengeluarkan banyak uang untuk merekrutnya. Dia membuat pilihan dan bahagia di Kota Madrid. Saat ini situasi personalnya mungkin tak terlalu bagus, tapi dia senang karena kondisi Atletico baik-baik saja," ucapnya lagi.
Situasi itu memang jamak terjadi pada era Simeone. Pemain baru sering sulit beradaptasi dengan sang bos, termasuk Martinez.
Bahkan, seorang Antoine Griezmann, yang meledak edisi lalu dengan total 25 gol pun, baru meroket pada paruh kedua musim ketika ia dijadikan striker oleh Simeone.
Bahaya untuk Atletico, ketumpulan Martinez menular ke seluruh personel lini depan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA no. 2.647 |
Komentar