Pemandangan bertolak belakang terjadi dalam rentang waktu sepekan. Rapor lini belakang Liverpool, yang terbilang jeblok tatkala menelan kekalahan dari Watford 0-3 pada 20 Desember, mendadak berubah total ketika menumbangkan Leicester City pada laga Boxing Day, Sabtu (26/12).
Bagaimana tidak? Lini belakang Liverpool sanggup membendung segala bentuk gempuran Leicester, yang berisi pemain-pemain produktif seperti Riyad Mahrez dan Jamie Vardy, sehingga gawang tim tetap steril sepanjang pertandingan.
Kubu lawan merupakan tim paling tajam sekaligus pemuncak klasemen sementara Premier League 2015/16.
Liverpool adalah penantang pertama dan satu-satunya yang mampu mencatat clean sheet alias tak kebobolan sewaktu meladeni Leicester sejauh ini.
Tak pelak, permainan kuartet bek Liverpool, yaitu Alberto Moreno, Dejan Lovren, Mamadou Sakho, dan Nathaniel Clyne, menuai pujian dari berbagai media ternama semisal ESPN, The Guardian, dan Liverpool Echo.
[video]http://video.kompas.com/e/4680491882001_ackom_pballball[/video]
Pujian paling tinggi diberikan kepada Lovren dan Sakho selaku penghuni pos bek sentral.
Mereka memang tampil prima bak benteng kukuh yang mengakibatkan Leicester frustrasi hingga akhirnya harus gigit jari lantaran gagal menembus gawang Liverpool.
Lovren dan Sakho bermain cerdas dengan membatasi ruang tembak serta pergerakan barisan depan Leicester.
Berkat puluhan aksi defensif berupa cegatan, sapuan, dan duel udara, mereka membuat lawan hanya pernah 11 kali menyentuh bola di dalam kotak penalti Liverpool selama 90 menit!
Berkah Skrtel
Blessing in disguise. Pepatah terkenal yang berarti berkah di balik musibah tersebut berkaitan dengan situasi Liverpool saat ini. Cederanya Martin Skrtel menciptakan duet langka Lovren-Sakho di jantung pertahanan Liverpool.
Sebutan "duet langka" mengacu kepada minimnya kesempatan bagi Lovren dan Sakho untuk bermain bareng di Liverpool.
Berdasarkan catatan di situs Liverpool Echo, kedua pemain itu baru enam kali berduet, dengan perincian empat pada musim lalu dan dua pada musim ini.
Hasilnya, Liverpool mendulang lima kemenangan dan cuma kebobolan dua gol. Statistik memuaskan yang kemudian memunculkan wacana memproyeksikan Lovren-Sakho sebagai duet bek sentral jangka panjang menggusur Skrtel.
Setidaknya terdapat dua hal yang mendukung wacana tersebut, yaitu faktor usia serta konsistensi. Lovren (26 tahun) dan Sakho (25 tahun) bisa dikatakan memiliki rentang usia produktif yang lebih lama ketimbang Skrtel (31 tahun).
Belum lagi rekam jejak Skrtel, yang terkenal mudah terpancing emosi, gegabah dalam mengambil keputusan, serta sering kali mencetak gol bunuh diri.
Tinggal bagaimana pelatih Juergen Klopp menyikapi performa apik Lovren dan Sakho.
Penulis: Indra Citra Sena
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA Edisi 2.647 |
Komentar