Momen langka tersebut terakhir kali muncul pada 1998-1999. Dalam perjalanan merengkuh trigelar musim itu, Manchester United mengakhiri liga domestik dengan raihan 79 angka.
Dua peristiwa lain terjadi pada 1997-1998 dengan juaranya Arsenal (78 poin) dan trofi musim 1996-1997 milik United (75).
Jika kuota 80 angka menjadi target psikologis musim ini, Man. City harus berupaya lebih keras meningkatkan laju rasio poin mereka.
Sampai pekan ke-16, The Citizens rata-rata meraup dua angka per partai. Andai laju seperti itu bertahan sampai akhir musim, City hanya akan finis dengan 76 poin.
Apabila parameter rasio yang sama dipakai untuk pesaing lain, saat ini cuma Leicester yang punya proyeksi menembus kuota 80 angka.
Sang pemimpin klasemen sementara itu mencatat rata-rata 2,18 poin per pekan.
Menjurus Pragmatis
Persaingan yang semakin ketat tampaknya membuat setiap tim dituntut mengedepankan hasil akhir ketimbang proses mendapatkannya.
Karena itu, sikap pragmatis tidak melulu dianggap tabu, bahkan oleh tim stylish sekelas City.
"Tentu saja saya selalu bilang bahwa yang terpenting adalah kemenangan. Namun, untuk memenangi banyak laga, Anda harus mencoba bermain baik," ujar Pellegrini, yang menilai performa klubnya akhir pekan lalu sebagai kemenangan yang "buruk".
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.645 |
Komentar