Menyerang lewat sisi terluar menjadi preferensi Antonio Conte pada masa-masa awalnya menukangi Juventus empat tahun lalu. Walau sempat hilang, Bianconeri kini kembali ke skema serupa dengan Mario Mandzukic menunjukkan kelihaiannya.
Conte datang ke Juventus pada 2011 dengan ide berupa formasi super ofensif 4-2-4. Seiring berjalannya Serie A 2011-2012, Conte perlahan menanggalkan 4-2-4 dan beralih ke skema 3-5-2 yang lebih menjanjikan keseimbangan.
Meski begitu, 4-2-4 dan 3-5-2 sebenarnya punya kesamaan. Penetrasi aktif via sayap menjadi salah satu syarat agar kedua formasi itu bisa berjalan oke.
Bukan hal yang aneh jika pada 2011-2012 dan 2012-2013, Juventus asuhan Conte selalu masuk lima besar tim Serie A dengan koleksi operan silang terbanyak.
Hanya, bisa dibilang operan silang yang dibuat Juve pada sepasang musim tersebut kerap berujung mubazir.
Penyebabnya adalah Juventus tak memiliki striker bertipe big man (penyerang berpostur besar yang tangguh dalam bola-bola udara) pada 2011-2012 dan 2012-2013.
Kala itu, Conte mengandalkan duet Mirko Vucinic-Alessandro Matri (2011-2012) serta Vucinic-Sebastian Giovinco (2012-2013).
[video]http://video.kompas.com/e/4636871048001_ackom_pballball[/video]
Perekrutan Fernando Llorente pada 2013-2014 dimaksudkan agar Juve lebih bisa memaksimalkan suplai mengalir dari personel sayap.
Akan tetapi, adaptasi lambat Llorente dengan gaya sepak bola Italia akhirnya "memaksa" Conte untuk sedikit mengubah pendekatan.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar