Oktober 1996 menjadi ujian berat untuk Wanyama. Rose terjangkit virus HIV. Ketika itu, HIV masih menjadi stigma di Kenya.
Rose sudah di bawa ke berbagai rumah sakit, tetapi tidak pernah diperlakukan dengan baik. Delapan tahun berselang, Rose pun meninggal.
"Dokter hanya memberi tahu bahwa penyakit itu HIV. Saya juga tak mencari tahu hingga akhirnya benar-benar kehilangan dia," ujar Wanyama.
Enam bulan setelah kematian Rose, Wanyama diminta ibunya untuk menjalani pemeriksaan. Serupa Rose, Wanyama didiagnosis terjangkit HIV.
"Setelah didagnosis, saya menyadari telah membunuh istri saya. Saya juga telah menularkan penyakit ini kepada dia," katanya.
Fakta tersebut membuat Wanyama frustrasi. Karena HIV/AIDS masih menjadi stigma ketika itu, dia juga kesulitan bercerita kepada orang lain.
Akan tetapi, berkat dorongan ibunya, Wanyama memberanikan diri untuk terbuka kepada Brian dan Bernard.
"Anak-anak mengatakan kepada saya supaya tidak merasa bersalah," tuturnya.
Reaksi dari Brian dan Bernard memberikan dorongan besar untuk Wanyama. Dia berhasrat meredam stigma yang ada di Kenya.
Editor | : | |
Sumber | : | Berbagai sumber |
Komentar