Adem Ljajic sempat melakoni awalan yang sulit ketika memutuskan bergabung dengan Inter Milan pada hari terakhir pembukaan bursa musim panas lalu. Seiring waktu berjalan, kesulitan itu mengelupas dan membuka lapisan kebahagiaan.
Ljajic dipinjam Inter Milan dari AS Roma dengan opsi klausul penebusan permanen berbiaya 11 juta euro. Pada pekan-pekan awal, tampak sangat sulit bagi Inter mengaktifkan opsi tersebut akhir musim nanti.
Pasalnya, jangankan tampil bagus guna memikat pelatih, kuota menit bermain pun amat terbatas bagi Ljajic. Dalam delapan laga perdana yang dilakoni Nerazzurri, pemain menyerang asal Serbia itu cuma berkeringat selama 59 menit!
Ia cuma tampil dalam tiga pertandingan. Empat kali hanya sebagai figuran di bangku cadangan, dan sekali absen akibat masalah otot. Ljajic tampak seperti semakin tersisih ketika timnya gagal merangkai kemenangan dalam empat pekan selama periode 27 September-24 Oktober.
Ketika itu, media Italia ramai memberitakan terjadi perselisihan antara sang pemain dengan pelatih Roberto Mancini. Si bos dikabarkan meminta Ljajic berupaya lebih keras demi mengeluarkan kemampuan terbaik.
Peningkatan performa Ljajic toh hanya tinggal menunggu waktu sampai datangnya taktik dan penempatan posisi yang manjur. Ya, sejak kesuksesan Inter menuntaskan paceklik kemenangan dengan tripoin di kandang Bologna (27/10/2015), Ljajic juga terus menanjak.
[video]http://video.kompas.com/e/4627172386001_ackom_pballball[/video]
Pada laga tersebut, La Beneamata menang 1-0 berkat gol Mauro Icardi. Torehan bomber Argentina itu berasal dari assist Ljajic. Awan kelam pun perlahan pergi meninggalkan Ljajic. Ia dipuji Mancini.
"Adem melakukan pergerakan yang bagus. Dia sangat membantu tim ketika kami kehilangan satu pemain akibat kartu merah," ujar Mancini usai laga kontra Bologna.
"Dia sangat ingin melakukan hal yang baik. Saya menyukai pendekatannya," kata sang pelatih lagi.
Setelah itu, Ljajic tak pernah absen lagi. Sepanjang trilaga terakhir, pemuda berusia 24 tahun itu tampil penuh dalam dua pertandingan. Ia tampak nyaman menerjemahkan variasi pola Mancini, terutama saat memainkan peran sebagai penyerang sayap dalam pola 4-3-3 atau gelandang serang kiri luar (esterno sinistro) pada sistem 4-2-3-1.
Hal yang digarisbawahi Mancini boleh jadi ialah efektivitas serangan Ljajic lebih maksimal jika ditempatkan secara horizontal dengan Stevan Jovetic. Belakangan, komunikasi ala telepatik antara keduanya seperti kembali terjalin.
Ljajic dan Jovetic pernah membentuk kombinasi yang ampuh di Fiorentina pada 2010-2013.
"Saya tahu dia ingin bermain dengan Jovetic lagi. Mereka tampil bagus di Fiorentina dan saya yakin keduanya juga akan berkombinasi secara baik di Inter," kata Mancini.
Momen paling gemilang sejauh ini bagi Ljajic adalah pada laga terbaru tatkala Inter memukul Frosinone 4-0 (22/11/2015). Ia memborong dua assist, masing-masing untuk gol Icardi dan Marcelo Brozovic.
Pria pemilik garis keturunan etnis Bosnia itu pun menjadi raja assist sementara Inter musim ini dengan jumlah tiga buah. Soal kreativitas menciptakan peluang, Ljajic juga terdepan dengan catatan rata-rata tiga operan kunci per gim, tertinggi di klub, bahkan di liga.
[video]http://video.kompas.com/e/4627948199001_ackom_pballball[/video]
Kalau Ljajic konsisten mempertahankan tren seperti ini, bukan tak mungkin prospek Inter menebusnya secara permanen bakal semakin cerah. Namun, ia masih punya target yang belum terwujud: mencetak gol.
Sampai pekan ke-13, Ljajic belum mencatatkan nama di papan skor. Kejadian terakhir dirinya mencetak gol dalam partai Serie A muncul ketika masih membela Roma, 8 Februari silam. Akankah penantian selama sembilan bulan itu tuntas pada akhir November ini saat Inter bertandang ke Napoli?
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | La Gazzetta dello Sport |
Komentar