Gol semata wayang Mario Mandzukic ke gawang Manchester City, Rabu (25/11/2015), membuahkan tiket ke fase gugur Liga Champions buat Juventus.
Berkat gol yang menentukan itu, Mandzukic kini resmi "mengalahkan" rekan setimnya di lini depan, Alvaro Morata, soal komparasi ketajaman. Bomber Kroasia yang direkrut pada musim panas lalu itu sah melampaui Morata dalam hierarki penyerang pilihan I Bianconeri sementara ini.
Simak statistiknya. Pada berbagai ajang resmi di 2015-16, Mandzukic sudah mencetak lima gol. Perinciannya, dua gol lahir di Serie A dan Liga Champions, serta sebiji sisanya di Piala Super Italia.
Catatan itu dikemas dalam bungkusan 874 menit bermain. Artinya, Mandzukic secara rata-rata hanya butuh berkeringat 175 menit buat menciptakan satu golnya.
Dalam konteks yang sama, Morata baru punya tiga gol. Satu tercipta di Serie A dan sepasang lagi di Liga Champions. Bomber Spanyol berusia 23 tahun itu mengemas 834 menit tampil, berarti rataan golnya adalah satu setiap 278 menit. Periode yang lebih lama dibanding Mandzukic.
Partner Dybala
Di atas papan strategi pelatih Massimiliano Allegri, Mandzukic (29 tahun) dan Morata seperti bersaing untuk menjadi partner yang pas buat Paulo Dybala (22). Ya, dibanding dua rekannya tersebut, Dybala paling muda, tapi sekaligus paling tajam di skuat Juventus. Musim ini, ia sudah mengoleksi tujuh gol di berbagai pentas.
Keistimewaan Dybala ialah perannya lebih fleksibel sebagai eksekutor ataupun kreator peluang. Bisa dibilang tipenya menjurus ke pemain nomor 10 yang identik dengan sosok playmaker atau penyerang lubang.
Sementara itu, fungsi Morata dan Mandzukic cenderung sebagai eksekutor, penyerang tengah bertipe nomor sembilan, yang idealnya dibantu partner seperti Dybala. Kalau mau lebih detail, anggaplah Mandzukic sebagai si nomor sembilan sejati.
Ia predator atau centravanti tulen, yang amat tergantung kepada pasokan rekan-rekan di belakangnya. Morata bisa disebut si nomor "sembilan setengah" karena punya juga daya jelajah dan kemampuan menahan bola lebih menonjol ketimbang Mandzukic.
Kombinasi penyerang dengan dua tipe berbeda itulah yang dibutuhkan Allegri. Menjadi wajar apabila sang pelatih lebih sering menurunkan duet Mandzukic-Dybala atau Morata-Dybala sebagai starter. Kombinasi itu tampak lebih saling melengkapi ketimbang Morata-Mandzukic.
Data juga menunjukkan pasangan Spanyol-Kroasia itu tak pernah mentas bareng sebagai duet di lini depan dalam susunan sebelas awal Juventus. Kalaupun dipasang bersama sejak menit awal, Morata dan Mandzukic ditemani Juan Cuadrado sebagai penyerang sayap guna melengkapi pola 4-3-3.
Situasi terkini memihak Mandzukic untuk menjadi opsi terdepan sebagai pendamping Dybala. Pemain jangkung eks Atletico Madrid itu seperti diesel, semakin lama semakin panas. Mandzukic mencetak tiga gol dalam empat penampilan terakhir.
Kompetisi yang terjadi di sektor depan Juventus toh tidak disikapi sebagai masalah. Sebaliknya, Allegri bakal semakin pusing dalam arti positif lantaran semua bombernya berlomba-lomba pamer kinerja terbaik demi menjadi pilihan teratas sang pelatih.
Editor | : | |
Sumber | : | Opta, La Gazzetta dello Sport |
Komentar