Jose Manuel Rielo tercatat sebagai satu-satunya pelatih yang mampu mencatat rekor kemenangan 100% bagi Valencia. Tepat di belakangnya, ada nama Salvador Gonzalez, yang mengukir rekor kemenangan 80%.
Keduanya sama-sama tak melegenda di Mestalla. Mungkin karena durasi kerja mereka hanya sebatas dua dan lima partai saja. Rielo pada Maret 1994 hanya menjadi caretaker sebelum kedatangan Guus Hiddink.
Rielo juga sempat dua kali lagi menjadi caretaker sebelum Valencia menunjuk Luis Aragones (Juni 1995) dan Jorge Valdano (November 1996).
Sementara itu, Voro, nama akrab Salvador, lima kali memimpin El Che sesaat setelah terdepaknya Ronald Koeman dari kursi pelatih pada April 2008.
Tak seperti Rielo yang tiga kalidipilih dalam rentang waktu relative singkat, Voro kembali ditunjuk membesut Valencia setelah jeda tujuh tahun.
Ada kesamaan nasib di antara para pengganti pelatih di tengah jalan itu. Baik Rielo, Voro, bahkan Ernesto Valverde yang meneruskan kinerja Mauricio Pellegrino, dan Juan Antonio Pizzi yang mengambil tongkat estafet dari Miroslav Djukic, sama-sama melakoni debut dengan kemenangan.
[video]http://video.kompas.com/e/4646632633001_ackom_pballball[/video]
Sial bagi Voro, saat melanjutkan pekan ke-14 Primera Division La Liga 2015-2016 bayangan sejarah sukses masa lalu berpotensi menjadi bencana besar.
Maklum, lawan yang akan mengadang Dani Parejo dkk adalah Barcelona, tim yang belakangan sedang melaju luar biasa kencang di seluruh kompetisi.
“Dalam situasi di mana baru terjadi pergantian pelatih, atmosfernya akan terasa agak aneh dan seluruh personel akan menderita. Namun, ini hal biasa di sepak bola dan kami harus segerabangkit. Jika kami memberikan hasil baik,penonton akan mendukung kami,” kata Voro di As.
Di dua laga terakhirnya, Barca berhasil melumat Real Madrid 4-0 dan AS Roma 6-1 (belum termasuk laga Copa del Rey pada tengah pekan).
Baik Madrid maupun Roma jelas bukan tim lemah. Karena itu, untuk memenangi kedua laga dengan gelontoran 10 gol, butuh kualitas jauh di atas rata-rata manusia normal.
Terlalu bombastis mendefinisikan Barca sebagai tim yang punya mutu “tidak normal”?
Permainan Blaugrana sejak dipegang Luis Enrique musim lalu memang fantastis. Tak terlalu dominan layaknya pada era kejayaan Xavi Hernandez, tapi jauh lebih efektif dalam menghadirkan prahara di muka gawang lawan.
“Trio” Ballon d’Or
Dengan bermodalkan Andres Iniesta sebagai sosok pengganti Xavi, Ivan Rakitic sebagai gelandang liar yang biasa bertahan maupun menyerang sama baiknya, serta Sergio Busquets sebagai konduktor dari orkes Azulgrana, trio Lionel Messi, Luis Suarez, dan Neymar (MSN) bisa konsentrasi penuh dalam membombardir lini belakang musuh.
Menyisakan Desember sejak bergulirnya kalender 2015, trisula MSN sudah mengoleksi 125 gol di La Liga. Messi memimpin dengan 44 gol, disusul Neymar dengan 41 gol, dan Suarez dengan 40 gol.
Jika ditarik dari awal 2015-2016 saja, Neymar memuncaki koleksi lewat 14 gol La Liga, disusul Suarez (13), dan Messi (4).
[video]http://video.kompas.com/e/4642730322001_ackom_pballball[/video]
Awal pekan ini, nama Messi dan Neymar masuk final pemilihan FIFA Ballon d’Or. Meski ditemani Cristiano Ronaldo sebagai finalis, public Camp Nou menganggap Suarez sebagai finalis sesungguhnya. Karena itu, bukan mustahil pada saat bertamu ke Mestalla, Sabtu (5/12/2015),Suarez akan membuktikan kepantasannya tersebut.
Valencia punya sejarah kuat dalam memberikan kesulitan bagi Barca. Namun, kali ini amuk MSN tampak bakal sulit dibendung barisan belakang El Che. Terlebih dengan absennya Javi Vuego dan Jose Cancelo akibat sanksi.
Tuan rumah boleh berharap lini belakang Barca terlelap saat keasyikan menyerang sehingga Paco Alcacer bisa mencuri gol lewat kecepatan lari maupun keunggulan duel bola atas.
Kendati demikian, jika pertahanan mereka tetap rapuh, Neymar dkk menggelar pesta gol sebelum pulang ke Catalonia.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar