Sarri, Pekerja Keras yang Realistis

Melihat latar belakang seperti itu, dapat dipahami kalau Sarri saat ini belum berambisi meraih scudetto.

"Impian adalah impian, kemudian kita harus melihat target realistis. Saat ini di klasemen kami berada di posisi ketiga dan mungkin empat. Impian saya saat ini adalah peringkat tiga," kata Sarri setelah kemenangan atas Udinese.

Bisa jadi Sarri bersikap demikian untuk membuat skuat Napoli tak terbebani. Maklum, fan Napoli sangat merindukan scudetto, yang terakhir dicapai pada 1990 ketika eranya Diego Maradona.

Sebagai seorang yang lahir di Napoli, Sarri pun sangat menginginkan scudetto. Sarri dilahirkan di Napoli 56 tahun lalu saat ayahnya bekerja di sana, tetapi kemudian ia bersama keluarganya pindah ke wilayah Tuscany.

"Ketika kecil, saya adalah satusatunya yang mendukung Napoli di Kota Figlie Valdano. Anak-anak lain mendukung Juventus, Inter, Milan, atau Fiorentina," ucap Sarri kepada UEFA.com.

18 Jam Sehari

Muncul pertanyaan, dengan hanya punya pengalaman satu musim lebih melatih di Serie A, dapatkah Sarri membawa Napoli ke peringkat tiga atau bahkan menjadi juara seperti harapan Higuain?

Jam terbang penting, tetapi hal itu bukan segalanya. Sarri punya antusiasme untuk mencari tahu kelemahan-kelemahan lawan.

"Saya bisa mempelajari taktik selama 13 jam setiap hari," ucap Sarri. Sang agen, Alessandro Pellegrini, memperkuat fakta itu. "Dia bisa bekerja 18 jam sehari," tuturnya.

Sarri adalah penggila hal detail. Saat di Sansovino, ia pernah disebut Mister 33 lantaran menyiapkan 33 rancangan permainan untuk diterapkan di situasi bola mati.

"Maurizio begitu mencintai Napoli dan orang-orang Napoli," kata Pellegrini. Hal tersebut ditambah dengan kegilaan dalam bekerja bisa membawa Sarri mencapai targetnya. Namun, sekali lagi Sarri adalah seorang yang realistis.

Penulis: Riemantono