Dalam rentang satu dekade terakhir, Barcelona dikenal sebagai tim yang bergelimang gelar. Namun, selain mendekap trofi, belakangan Barca juga dibuat sibuk oleh urusan sanksi.
Barcelona menatap musim 2015/16 dengan lilitan sanksi. Klub kebanggaan masyarakat Catalan itu dilarang FIFA mendaftarkan pemain baru sampai Januari 2016.
Sanksi tersebut muncul karena Barca dianggap bersalah kala merekrut 10 pemain asing di bawah umur pada rentang 2009 sampai 2013.
Pukulan buat Barca bertambah keras karena FIFA meminta mereka menyingkirkan “pemain muda bermasalah” tadi dari La Masia.
“Tidak adil, berlebihan, dan dibesar-besarkan,” tutur Presiden Barcelona, Josep Maria Bartomeu, menanggapi interpretasi baru FIFA mengenai sanksi buat klubnya pada September silam.
“Tak adil bahwa mereka tak boleh berada di La Masia, khususnya bagi pemain belia yang ingin bermain sepak bola untuk Barca dan itu adalah hasrat mereka,” kata Bartomeu menambahkan.
FIFA bukan satu-satunya lembaga yang berurusan dengan Barcelona. Komisi anti kekerasan Spanyol pada 27 Juli 2015 menjatuhkan denda senilai 66.000 euro (990 juta rupiah) bagi Blaugrana.
Mereka dianggap gagal menjalankan prosedur standar pengamanan dan kontrol terhadap objek terlarang (salah satunya cerawat) di final Copa del Rey 2015 kontra Athletic Bilbao di Camp Nou.
Alasan lain Barca mendapat denda adalah mereka dinilai lamban dan kurang kooperatif mencegah pihak-pihak yang ingin menggunakan laga Copa del Rey 2015 sebagai sarana menyuarakan protes berbau politik.
Kala itu, fan Barcelona kompak bersiul ketika lagu kebangsaan Spanyol dimainkan menjelang sepak mula final Copa del Rey 2015.
Begitu musim 2015/116 dimulai, sanksi belum jua mau menjauhi Barcelona. Kini, mereka harus berhadapan dengan ketegasan UEFA.
El Clasico
Di hari pertandingan kedua Liga Champion 2015/16 kontra Leverkusen di Camp Nou (29/9), suporter Barcelona kedapatan mengibarkan bendera Estelada.
Bendera Estelada adalah simbol pergerakan Catalan merdeka. Bagi UEFA, atribut berbau politik itu jelas merupakan barang haram.
UEFA lantas menjatuhkan denda senilai 40.000 euro (600 juta rupiah) kepada Barcelona.
Nominal sanksi itu 10 ribu lebih tinggi dari yang dikenakan kepada Barca atas kasus yang sama pada final Liga Champion 2015 di Olympiastadion, Berlin.
Barcelona berencana memperkarakan sanksi UEFA tersebut ke CAS (Badan Arbitrase Olah Raga Internasional) di Swiss atau jika perlu ke ECtHR (European Court of Human Rights) di Strasbourg, Prancis.
“Kami dikenai sanksi karena mengungkapkan pesan sah yang seharusnya tak dihukum di masyarakat modern dan demokrat. Cukup, ini sudah cukup,” ungkap Bartomeu seperti dilansir Sport.
Selain sanksi, Barcelona juga diganggu oleh rumor pengaturan skor di laga bertajuk el clasico antara Real Madrid vs Barcelona, 21 November nanti.
Seorang asisten wasit yang enggan disebutkan namanya mengaku ditekan untuk membuat keputusan yang merugikan Barcelona.
“Kami tak mendukung tim mana pun. Kami hanya memaparkan fakta dan mencari dukungan dari kepolisian Spanyol dan jaksa penuntut umum,” ujar Jacinto Vicente, pengacara asisten wasit misterius tadi.
Isu pengaturan skor di el clasico menghadirkan keresahan bagi pelatih Barcelona, Luis Enrique.
“Berita seperti itu selalu mengejutkan kami. Hal itu sangat tak menyenangkan dan kami berharap ada investigasi menyeluruh,” kata Enrique.
Penulis: Sem Bagaskara
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 26 Oktober 2015 |
Komentar