Paceklik gol berlanjut pada musim berikut saat Palermo berkiprah di Serie B. Kendati tiket promosi ke Serie A 2014/15 sukses digenggam, kontribusi Dybala terhitung minim lantaran dirinya hanya lima kali bikin gol dalam 25 partai.
Namun, Dybala melesat hebat pada 2014/15. Ia terlibat dalam 23 dari total 53 gol Palermo di Serie A (13 gol plus 10 assist).
Sinar Dybala tetap terjaga kala ia pindah ke Juventus dengan biaya transfer senilai 35 juta euro. Ia adalah pembelian termahal klub Serie A di bursa transfer 2015/16.
Start Dybala bareng Juve bahkan sudah lebih baik ketimbang Carlos Tevez, bintang tim dua musim terakhir yang kini bermain di Boca Juniors.
Dalam 10 partai pertama dengan kostum Si Nyonya Tua, Dybala dan Tevez sama-sama mengemas empat gol. Bedanya, menit tampil Dybala (542 menit) lebih sedikit ketimbang Tevez (807).
Tak banyak yang menyangka, jika talenta hebat seperti Dybala sempat merasakan kejenuhan hebat terhadap sepak bola.
“Dybala berkata: ‘Saya sudah cukup bermain sepak bola.” Dia lantas mendaftar ke tim basket dan kemudian dikeluarkan setelah tak mampu menghilangkan refleksnya untuk mengontrol bola dengan kaki bukan tangan,” ujar Ibunda Dybala, Alicia, sembari tertawa.
Momen kedua yang nyaris membuat Dybala berhenti menendang bola adalah kematian sang ayah, akibat sakit kanker. Saat itu, Dybala masih berusia 15 tahun.
Hanya, Dybala kemudian sadar bahwa cara terbaik untuk membalas cinta sang ayah adalah dengan tetap menjadi pesepak bola. Dybala lantas mengambil keputusan krusial dalam hidupnya dengan tak lagi tinggal bareng keluarga dan masuk ke asrama tim muda Instituto. Tak heran jika ia juga dijuluki El Pibe de la Pension (Si anak asrama).
Pengorbanan Dybala tak sia-sia. Sang ayah pasti bangga melihat anaknya kini tergabung dalam skuat Argentina yang bakal menjalani duel di Kualifikasi Piala Dunia 2018 melawan Ekuador (8/10) dan Paraguay (13/10).
Sepanjang karier, baru kali ini Dybala mendapatkan panggilan ke timnas.
“Jika bukan karena dia (ayah), saya tak akan berada di sini. Saya berutang segalanya kepadanya dan saya tahu di suatu tempat dia masih melihat saya,” kata Dybala sebelum melakoni partai debutnya bareng Instituto pada 2011.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar