Di bawah sebuah saung, Ida Bagus Lasem (73 tahun) teliti mengerjakan pesanan Presiden Joko Widodo. Sejak 30 Agustus lalu, ia memang disibukkan dengan mengerjakan trofi untuk juara Piala Presiden 2015.
Lasem mengaku membuat trofi tersebut dengan sepenuh hati. Sebelum memulai pahatan pertamanya, ia membawa tidur desain trofi yang diminta promotor Piala Presiden, Mahaka Sports and Entertainment.
“Saya anggap Pak Jokowi sebagai kakek dan saya sebagai anaknya. Lalu saya diminta untuk membuat sebuah hadiah untuk 16 cucu Pak Jokowi yang tersebar di seluruh daerah. Siapa yang terpintar, maka akan mendapatkan hadiah ini,” ujar Lasem saat ditemui Harian BOLA di kediamannya, Gianyar, Bali, Minggu (27/9).
Enam belas cucu Jokowi, kata Lasem, diartikan sebagai 16 klub peserta Piala Presiden.
Membawa begadang desain dan berpikiran layaknya putra kandung Jokowi dilakukan Lasem agar dapat meresapi makna dari trofi tersebut. Ia menghabiskan waktu beberapa malam untuk akhirnya memukul pahatan pertama pada kayu jati asal Bojonegoro itu.
“Kayu ini lebih elastis untuk dibentuk,” ujar dia. Kayu untuk trofi berukuran 50x25 sentimeter itu dia beli dengan harga 2,8 juta rupiah.
Kini, ia mengklaim pengerjaan trofi itu telah rampung 90 persen. Sepuluh persen sisanya, lanjut Lasem, ialah proses pengampelasan, pewarnaan, dan menghasilkan beberapa detail trofi .
Menurut Lasem, sisa pekerjaannya akan rampung sekitar sepekan ke depan. Ia selalu mengerjakan pesanan itu di waktu luang dan menyendiri. Misalnya, kata Lasem, di waktu malam saat keluarganya tengah tertidur pulas.
Filosofi Trofi
1. Ukiran yang melukiskan batu disimpan di bagian paling bawah trofi . Menurut Lasem, batu merupakan elemen terpenting dalam setiap fondasi. Rupa batu di bawah trofi mengartikan bahwa sepak bola mesti diwadahi oleh elemen yang kuat.
2. Di bagian atas pahatan serupa batu, Lasem menambahkan pahatan daun simpar beserta buahnya. Artinya, kata dia, alam merupakan makhluk hidup yang menemani manusia sepanjang masa.
3. Di bagian ketiga, dengan posisi di atas daun simpar, Lasem membubuhkan sebuah kalung yang mengelilingi kaki trofi . Kalung itu berarti waktu yang tak akan pernah berhenti, layaknya gelora sepak bola Indonesia yang tak pernah mati.
4. Bendera merah putih yang mengelilingi dan menyangga pucuk trofi . Artinya, kata Lasem, yakni seluruh penduduk Indonesia yang menjunjung tinggi sportivitas sepak bola tanah air.
5. Pucuk trofi berupa bola berbalut bintang, menurut Lasem dibubuhkan sebagai jenis olah raga piala ini. Tak hanya itu, ia pun menilai bentuk bulat merupakan simbol dari tekad.
Penulis: CW-1
Ikuti Liputan Khusus Piala Presiden 2015 di sini
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA, Senin 28 September 2015 |
Komentar