“Tim Transisi harus membedakan bahwa ini bukanlah kompetisi, tetapi untuk pembinaan,” ujarnya.
Selama dua bulan ini, ia mengklaim telah mengeluarkan biaya 700 juta.
Sementara itu, panpel Grup A Zona Sulawesi mengaku menanggung kerugian moril dan materil terkait batalnya pertandingan karena tidak mendapat izin dari kepolisian.
“Kami sudah mengeluarkan dana kurang lebih 200 juta. Kami menyimpan bukti transaksinya,” ujar Muhammad Jufrie, sekretaris panpel.
Jufrie melanjutkan bahwa panpel di Sulbar kapok menjadi penyelenggara.
“Kami serahkan ke pemangku kepentingan sepak bola di Indonesia. Terserah mereka mau diapakan kelanjutan Pra-PON,” katanya.
Sementara itu, panpel Banjarmasin sebagai tuan rumah zona Kalimantan menderita kerugian sekitar 200 juta. Pengeluaran itu untuk sewa Stadion 17 Mei Banjarmasin, sewa hotel, izin kepolisian, dan kebutuhan wasit seperti tiket pesawat, uang harian, dan honor.
Penulis: Persiana G./Kukuh W./Gonang S./Gatot S./Yan D./Abdi S./Fahrizal A.
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 8 Oktober 2015 |
Komentar