Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Tripoin Perdana Spurs: Tumbal dan Puasa Gol Kane

By Firzie A. Idris - Senin, 14 September 2015 | 14:48 WIB
Ryan Mason, menjadi pemecah kebuntuan Tottenham.
Mark Runnacles/Getty Images
Ryan Mason, menjadi pemecah kebuntuan Tottenham.

Harry Kane layak menyandang label sebagai pemain Inggris paling bersinar pada musim 2014/15. Kane mengemas 31 gol dalam 51 partai bersama Tottenham Hotspur di semua kompetisi.

"Tujuan Harry jelas, yaitu dirinya mesti tampil lebih baik daripada musim 2014/15. Jika tetap menunjukkan standar serupa, hal itu pertanda Anda tak berkembang," kata legenda Spurs, Osvaldo Ardiles, kepada Harian BOLA, saat klub London itu melakoni tur pascamusim ke Malaysia Mei silam.

Saran Ardiles terkesan simpel dan tak penting sebab semua pemain tentu tahu soal kewajiban mengembangkan performa.

Namun, mempertahankan konsistensi di Premier League memang bukan perkara mudah. Banyak pemain yang gagal menjaga standar kualitas setelah menjalani periode sensasional di musim sebelumnya.

Striker Swansea, Miguel Perez Cuesta, alias Michu, adalah contoh terbaik. Ia "meledak" pada musim 2012/13 berkat torehan 18 gol di EPL.

Tebak berapa gol yang dicetak Michu pada 2013/14? Dua!

Beban berat mengulangi pencapaian musim lalu sepertinya juga ditanggung Kane. Terakhir kali Kane mencetak gol di Premier League adalah di laga kontra Everton, 24 Mei silam.

Sejak itu, ia telah melalui 483 menit tanpa gol meskipun upaya kerasnya terlihat dalam 14 tembakan.

Rekening gol Kane di EPL 2015/16 masih kosong. Ia kembali gagal masuk papan skor saat Spurs meraih kemenangan 1-0 di kandang Sunderland, Minggu (13/9).

Lawan seolah sudah tahu betul bahwa mematikan Kane adalah cara terampuh buat menahan Spurs. Pada babak pertama, penggawa Sunderland bahkan tak mengizinkan Kane sekali pun menyentuh bola di area kotak mereka!

Selama 90 menit tampil, Kane melepas empat tembakan dan hanya satu yang tepat mengarah ke sasaran.

Namun, kesalahan tak bisa ditimpakan sepenuhnya kepada Kane. Strategi Manajer Spurs, Mauricio Pochettino, juga patut dikritisi.

Melawan tim juru kunci, Sunderland, Pochettino justru menempatkan seorang bek (Eric Dier) di pos gelandang jangkar dan memasang tiga penyerang yang tak memiliki kelihaian melepas umpan (Son Heung-Min, Dele Alli, Nacer Chadli).

Situasi baru berubah saat Pochettino memasukkan Andros Townsend (menit ke-62) dan Erik Lamela (67’).

Lamela adalah penyedia assist bagi gol kemenangan Spurs yang dicetak Ryan Mason. Proses gol tersebut secara total melibatkan 15 operan.

Namun, kemenangan perdana Spurs di EPL 2015/16 meminta tumbal. Mason harus ditarik keluar usai mencetak gol lantaran ia mengalami benturan dengan Costel Pantilimon.

"Gol itu menunjukkan bagaimana sepak bola yang coba kami mainkan dan filosofi tim. Kami akan memeriksa Mason besok (hari ini). Itu adalah benturan keras di lutut," kata Pochettino di BBC.

Penulis: Sem Bagaskara

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor :
Sumber : Harian BOLA 14 September 2015


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X