"Sebagai mantan pemain Inter, saya tak akan pernah melatih Milan. Hal itu adalah bentuk respek terhadap klub lama saya."
Kalimat tersebut diucapkan Sinisa Mihajlovic kepada media pada November 2010. Saat itu, dirinya masih menjabat sebagai pelatih Fiorentina.
Berselang empat tahun, Mihajlovic menegaskan hal yang berkaitan dengan komentar tadi.
"Dua mimpi yang sudah terwujud ialah melatih timnas negara saya, Serbia, serta Sampdoria. Target saya tinggal tersisa dua, yakni melatih Lazio dan Inter," ucap Miha di La Repubblica pada Oktober 2014.
Tak ada nama Milan dalam daftar target klub yang disebut Mihajlovic. Namun, semua sudah tahu ujung kisahnya.
Peramu taktik berusia 46 tahun itu seperti menjilat ludah sendiri setelah menerima tawaran menukangi Milan pada Juni lalu. Pada satu sisi, pilihan Mihajlovic menuju Milan ialah keputusan sebagai sosok profesional.
Keengganannya menuju Milan murni karena respek mengingat statusnya sebagai pemain klub rival mereka, Inter, pada 2004-2006. Media Italia pun membandingkan Mihajlovic dengan sosok Leonardo Araujo dalam versi yang berlawanan.
Sebagai pemain, Leonardo pernah menjadi idola di Milan pada 1997- 2001, menukangi Rossoneri di 2009/10, tapi hijrah melatih Inter pada 2010/11.
Alih-alih dibenci sebagai mantan personel Milan, Leonardo dihormati fan Inter karena menyumbangkan trofi terakhir mereka: Coppa Italia 2010/11.
Relasi 20 Tahun
Editor | : | |
Sumber | : | Harian BOLA 11 September 2015 |
Komentar