Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Haornas di Mata Imam Nahrawi dan Achmad Sutjipto

By Firzie A. Idris - Rabu, 9 September 2015 | 15:50 WIB

Achmad Sutjipto

Tak ada trik magis dalam pembinaan olah raga. Butuh kesabaran karena ada proses yang harus dilalui.

Kita harus punya strategic planning. Tak bisa mengharapkan keberhasilan sekali pukul, harus dicicil. Hal ini bisa dilakukan dengan road map, sistem serta struktur pengelolaan yang baik.

Satu kelemahan kita adalah kita banyak mengacu pada negara-negara sukses olah raga, tetapi belum merancang sistem yang paling cocok untuk kita sendiri.

Atlet harus menjadi fokus dalam pembinaan karena mereka adalah aset utama. Hal ini dimulai dari pencarian talenta.

Rekrutmen atlet muda harus sportif dan benar-benar memilih potensi yang memang bisa dikembangkan. Pemerintah harus membentuk badan khusus untuk penjaringan potensi di usia 12-14 tahun karena mereka adalah feeder atlet-atlet Prima delapan tahun kedepan.

Siswa di PPLP atau sekolah untuk atlet harus dipindahkan jika memang potensi mereka susah buat berkembang. Harus digantikan dengan atlet muda yang lebih memiliki potensi.

Penjaringan atlet dari awal harus jujur berdasarkan kriteria jelas, bukan suka atau tidak suka, atau atlet titipan. Atlet yang dijaring harus memiliki potensi untuk dikembangkan meraih prestasi internasional, bukan hanya berjaya di tingkat Pekan Olah Raga Nasional.

Saya berharap di indukinduk organisasi olah raga nanti juga ada prima-prima kecil. High Performance Program pada tingkatan tertentu harus diserahkan pada mereka. Untuk itu, PB-PB harus dikuatkan.

Fokus pada atlet menjadi syarat utama. Kita harus petakan kekuatan dan cari atlet terbaik.

Gerakan buat pelatih pun harus dilakukan, sebab mereka adalah pemimpin yang mengarahkan atlet menuju prestasi terbaiknya. Sports science (iptek olah raga) juga menjadi hal mutlak. Ilmu kepelatihan berkembang amat pesat, atlet tak bisa lagi ditangani hanya oleh seorang pelatih.

Penjaringan atlet dari awal harus jujur berdasarkan kriteria jelas, bukan suka atau tidak suka, atau atlet titipan. Atlet yang dijaring harus memiliki potensi untuk dikembangkan meraih prestasi internasional, bukan hanya berjaya di tingkat Pekan Olah Raga Nasional.

Harus ada tim penguatan prestasi, membantu setiap atlet mengembangkan diri sesuai kebutuhan dan kekuatan mereka masing-masing.

Hal tak kalah penting adalah stabilitas anggaran. Perencanaan harus matang, jumlah anggaran serta waktu harus tepat, begitu pula pertanggungjawaban.

Diperlukan iklim kebijakan. Saya yakin pemerintah juga memerhatikan soal ini. Terbukti dengan permintaan mereka untuk tidak takut menggunakan anggaran bagi setiap pimpinan daerah. Hal sama bisa dilakukan pada dunia olah raga kita.

Terakhir, tapi tak kalah penting, adalah high performance environment atau lingkungan keunggulan yang bisa menanamkan optimisme dan kerja sama kepada para atlet.

Kuncinya adalah aturan. We are playing by the rules (kita semua ditentukan oleh aturan), karena itu kita harus berjalan seusai aturan, bukan power play atau berlandaskan kekuasaan. Setiap aturan harus rinci, berdasarkan nilai-nilai keolahragaan sejati, sportivitas. Kepemimpinan tak boleh otoriter.

Penulis: Oka Akhsan dan Roosyudhi Priyanto.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P

Editor :
Sumber : Harian BOLA 9 September 2015


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X