Mereka tak merumput di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa itu dalam empat musim terakhir secara konsekutif. Otomatis dua tim ini barangkali mempunyai satu kesamaan ambisi: kembali ke LC.
Eksodus
Faktanya, harus mundur sampai setengah dekade untuk mengingat kali terakhir Inter dan Milan tampil bareng di Liga Champion. Persisnya pada edisi LC 2011/12, saat Milan berstatus juara bertahan Serie A 2010/11 dan Inter finis di posisi kedua.
Ke mana Juventus? Tatkala itu mereka masih dalam proses adaptasi balik ke Serie A hingga akhirnya cuma fi nis di peringkat tujuh tanpa partisipasi di ajang antarklub Eropa.
Efeknya, Juventus fokus di liga domestik dan mengakhiri 2011/12 sebagai juara, sekaligus awal dari kesuksesan empat gelar Serie A secara konsekutif.
Situasi yang sama ini barangkali coba diemulasi duo Milan. Mereka sepertinya juga merasa momentum tengah berpihak sehingga segera memanfaatkan kesempatan.
Juventus tengah "melemah". Tim yang menjadi juara dengan selisih 4, 9, 17, dan 17 poin dari peringkat kedua di klasemen akhir dalam empat musim pamungkas ini mengalami eksodus pilar penting.
Tiga bintang sekaligus hengkang dari J Stadium: Andrea Pirlo (ke New York City), Arturo Vidal (Bayern Muenchen), dan Carlos Tevez (Boca Juniors).
Pirlo dan VIdal ialah simbol dari kesuksesan empat tahun terakhir. Mereka datang dan Juve dominan. Pirlo menyumbang 13, 7, 6, dan 5 assist di liga dalam empat musim masa kerja di Juventus.
Vidal memberikan 35 gol dan 20 assist sejak kepindahan dari Bayer Leverkusen. Tevez? Dia cuma dua musim di Kota Torino, tapi mampu menyumbangkan 39 gol dan 14 assist di sepasang musim Serie A.
Tentu Juventus bereaksi dengan kepergian tiga pilar ini. Nama-nama baru yang tidak kalah kualitasnya telah didatangkan, tapi menarik melihat sekaligus menanti dampak dari kedatangan mereka terhadap kekuatan Juventus.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA Edisi 2.628 |
Komentar