Pada awal tahun ini, The New York Times merilis Kota Milano sebagai kota yang paling penting dan menarik untuk dikunjungi sepanjang 2015.
Kota Milano menjadi pusat perhatian dunia sepanjang tahun. Di sana dihelat 2015 World Expo atau yang lebih akrab dengan nama Milano Expo 2015.
Ajang internasional yang melibatkan 130 negara partisipan, sponsor, dan organisasi dunia berlangsung sepanjang Mei hingga Oktober. Indonesia salah satu negara yang berpartisipasi.
Perhelatan Milano Expo 2015 ini bertepatan dengan terselesaikannya proses revitalisasi sejumlah ikon kota seperti Milan Darsena, Duomo, hingga keindahan di kanal distrik Navigli pada petang hari. Tahun ini kota berpopulasi lebih dari 1,3 juta jiwa itu semakin berkilau.
Ya, Kota Milano bersolek. Begitu pula dengan dua klub terbesar di sana: AC Milan dan Internazionale Milano.
Menyambut musim baru, Serie A 2015/16, optimisme merebak di dua kubu ini. Seperti halnya Kota Milano yang menjalani revitalisasi dan semakin berkilau, Milan dan Inter juga turut bersolek.
Mereka memperkuat diri secara masif. Yang paling kasat mata ialah pergerakan di bursa transfer. Dua klub ini menggoyang lantai bursa dengan pembelian-pembelian berbanderol mahal.
Milan dan Inter ingin bangkit dari keterpurukan mereka selama beberapa musim terakhir. Milan finis di posisi ke-10 musim lalu dan Inter hanya dua posisi lebih baik dari tetangganya itu.
Kedua tim tak akan bermain di kompetisi antarklub Eropa musim ini. Buat Milan, mereka sudah tak tampil di Liga Champion dalam dua musim terakhir. Inter lebih parah.
Mereka tak merumput di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa itu dalam empat musim terakhir secara konsekutif. Otomatis dua tim ini barangkali mempunyai satu kesamaan ambisi: kembali ke LC.
Eksodus
Faktanya, harus mundur sampai setengah dekade untuk mengingat kali terakhir Inter dan Milan tampil bareng di Liga Champion. Persisnya pada edisi LC 2011/12, saat Milan berstatus juara bertahan Serie A 2010/11 dan Inter finis di posisi kedua.
Ke mana Juventus? Tatkala itu mereka masih dalam proses adaptasi balik ke Serie A hingga akhirnya cuma fi nis di peringkat tujuh tanpa partisipasi di ajang antarklub Eropa.
Efeknya, Juventus fokus di liga domestik dan mengakhiri 2011/12 sebagai juara, sekaligus awal dari kesuksesan empat gelar Serie A secara konsekutif.
Situasi yang sama ini barangkali coba diemulasi duo Milan. Mereka sepertinya juga merasa momentum tengah berpihak sehingga segera memanfaatkan kesempatan.
Juventus tengah "melemah". Tim yang menjadi juara dengan selisih 4, 9, 17, dan 17 poin dari peringkat kedua di klasemen akhir dalam empat musim pamungkas ini mengalami eksodus pilar penting.
Tiga bintang sekaligus hengkang dari J Stadium: Andrea Pirlo (ke New York City), Arturo Vidal (Bayern Muenchen), dan Carlos Tevez (Boca Juniors).
Pirlo dan VIdal ialah simbol dari kesuksesan empat tahun terakhir. Mereka datang dan Juve dominan. Pirlo menyumbang 13, 7, 6, dan 5 assist di liga dalam empat musim masa kerja di Juventus.
Vidal memberikan 35 gol dan 20 assist sejak kepindahan dari Bayer Leverkusen. Tevez? Dia cuma dua musim di Kota Torino, tapi mampu menyumbangkan 39 gol dan 14 assist di sepasang musim Serie A.
Tentu Juventus bereaksi dengan kepergian tiga pilar ini. Nama-nama baru yang tidak kalah kualitasnya telah didatangkan, tapi menarik melihat sekaligus menanti dampak dari kedatangan mereka terhadap kekuatan Juventus.
Penulis: Rizki Indra Sofa
Editor | : | |
Sumber | : | Tabloid BOLA Edisi 2.628 |
Komentar