Tak ada pemain yang melebihi kebesaran klub, kata Sir Alex Ferguson ketika insiden lempar sepatu kepada David Beckham. Dia ada benarnya, tetapi beberapa pemain telah menjadi ikon klub masing-masing. Nama mereka bersanding dengan klub yang telah membesarkan.
Meski bukan produk asli akademi Manchester United, Roy Keane adalah legenda di Old Trafford. Dia seorang pemain dan kapten yang telah menjadi duta bagi Manchester United di mata dunia. Keane punya mental baja dan tak tertandingi di masa kejayaannya.
Akan tetapi, perseteruan dengan manajer merusak citra itu. Roy Keane kehilangan kontrol dan berujung penjualan sang kapten ke Celtic pada 2005. Sebagai legenda klub, dia semestinya bertahan hingga pensiun. Keane ternyata bukan satu-satunya. Belakangan ini cukup banyak pemain besar yang sangan ikonik, dilepas atau melepaskan diri dari klub di mana dia telah menjadi legenda bahkan sebelum pensiun. Berikut ini 5 legenda klub yang mestinya bertahan sampai pensiun, tapi ternyata harus pindah karena berbagai alasan:
1. Iker Casillas
Setelah 25 tahun di Real Madrid, Casillas dipersilakan keluar dari klub. Dua musim terakhir ia dinilah tampil di bawah rata-rata, maka kiper Spanyol itu kehilangan posisi sebagai penjaga gawang utama. Casillas tidak kenal klub lain sejak bergabung dengan Madrid sebagai usia 9 tahun.
Dia telah mempersembahkan mahkota Piala Dunia dan Euro. Dia seperti ditakdirkan bermain sampai memutuskan pensiun di klub yang dicintainya, di mana ia telah memenangi semua trofi yang bisa didapatkan. Casillas telah diberi kontrak seumur hidup untuk memastikan bahwa dia tetap bertahan.
Akan tetapi, Florentino Perez memutuskan lain. Seperti yang telah terjadi dengan banyak legenda Real Madrid, dia dlepas begitu saja.
2. Xavi Hernandez
Xavi adalah sosok legenda yang seharusnya pensiun di Barcelona. Setelah 24 tahun di Camp Nou, dia akhirnya meninggalkan klub tercinta untuk petualangan baru di klub Qatar, Al-Sadd.
Sepanjang karier sebagai pemain Barcelona, Xavi telah meraih begitu banyak trofi. Dia menjadi saksi dua gelar treble dan menjadi dalang salah satu di antaranya. Akan tetapi, semua itu harus berakhir dan sekarang Xavi bermain di klub selain Barcelona.
3. Steven Gerrard
Suporter Liverpool terkejut menyaksikan legenda mereka dibiarkan pergi begitu mudahnya. Semua orang menduga Gerrard akan pensiun di klub di mana dia telah mengabdi selama 28 tahun. Dia sudah meraih hampir semua trofi level klub, terkecuali gelar Premier League, satu-satunya ganjalan sepanjang gemerlap kariernya.
Saat memasuki usia emas, Gerrard dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik di dunia, pemain tengah yang bisa menekel dengan sempurna, mengumpan, serta akurat mencetak gol dari jarak jauh. Sang kapten kini bermain untuk LA Galaxy.
4. Frank Lampard
Lampard bukan hasil didikan Chelsea. Dia adalah lulusan akademi West Ham United. Akan tetapi, namanya diukir dan dibesarkan oleh Si London Biru, di mana ia bergabung pada usia 23 tahun.
Masa keemasannya adalah pada 2000-2005, di mana Lampard sempat menjadi runner-up Ballon d'Or 2005. Momen itu menjadi penanda bakal lahirnya seorang legenda besar. Fans berharap dia akan pensiun bersama The Blues. Akan tetapi, Lampard memilih nasib sesuai rencananya sendiri.
Setelah 13 tahun di Stamford Bridge, Frank berniat bergabung ke New York City FC, lalu dipinjamkan ke Manchester City selama semusim, sebuah langkah yang membuat frustrasi banyak fans Chelsea. Langkah itu menghantui kubu Stamford Bridge karena ketajaman Lampard berbalik kepada mereka.
5. Andrea Pirlo
Inter mengenali potensi Pirlo dan menjualnya pada 2001 ke rival sekota, AC Milan. Bakatnya mulai tumbuh di sana. Bersama Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf, dan Kaka, Pirlo menjadi bagian dari salah satu lini tengah terbaik di dunia. Milan saat itu mendominasi Eropa dan salah satu tim paling ditakuti.
Sayangnya, 10 tahun kemudian, Milan melakukan kesalahan yang sama dengan tetangga mereka. Pirlo dibiarkan pergi dengan status bebas transfer. Juventus tahu bahwa ia masih punya sisa bara selama beberapa tahun lagi dan dengan cekatan memberinya kontrak. Di sana Pirlo ambil bagian dalam tim peraih empat gelar Serie A secara berturut-turut itu.
6. Alessandro Del Piero
Del Piero adalam seorang master tendangan bebas. Dia dianggap sebagai salah satu pemain Italia terbaik sepanjang masa. Tak hanya hebat di lapangan, Del Piero punya kualitas yang jarang dimiliki pemain lain, yaitu kesetiaan terhadap klub.
Setelah Juventus terdegradasi ke Serie B akibat kasus Calciopoli, Del Piero memilih untuk bertahan dan mengangkat kembali Juve ke level kompetisi teratas, tidak lantas hengkang karena ingin tim yang aman.
Tapi siapa sangka, kesetiaan itu tak disambut baik oleh presiden klub, Andrea Agnelli. Padahal, kala Juventus terpuruk, Del Piero adalah sosok pehlawan yang mengangkat kembali harkat klub yang dicintainya, tetapi ketika performa sang legenda kian surut lantara usia, Agnelli memutuskan tidak menawari kontrak baru.
7. Ajat Sudrajat
Dia adalah keluaran dari tim Persib Junior. Panggilan bermain itu konon membuatnya sampai tak bisa tidur saking gembiranya. Setahun kemudian Kang Ajat masuk tim senior Persib.
Nama Ajat Sudrajat tak lama kemudian membesar bersamaan dengan reputasi Tim Pangeran Biru. Namanya kemudian identik dengan Persib. Popularitasnya sampai membuat Ajat menyeberang ke dunia tarik suara walau sebentar, berduet dengan Hety Koes Endang, bermain film "Sakura dalam Pelukan" bersama legenda bulutangkis Liem Swie King.
Akan tetapi, merasa tidak puas dengan manajemen Persib, usai menjuarai Liga Perserikatan 1990, secara mengejutkan dia pindah ke rival sekota, Mastran Bandung Raya (MBR). Meski di klub baru pernah juga menjadi juara Liga Indonesia II pada 1995, nama Ajat tidak bisa merekat dengan MBR, dia tetap Ajat Sudrajat dari Persib.
Editor | : | Suryo Wahono |
Sumber | : | juara.net |
Komentar