Guna menggali informasi lebih mendalam tentang bakat Odegaard, dua jurnalis olahraga Norwegia memawancarai ayah Martin, Hans-Erik Odegaard yang merupakan mantan pemain sepakbola profesional. Hans-Erik berujar bahwa anaknya dilatih sejak usia 5 tahun secara intensif dan spesifik.
Hal tersebut menjadi kunci kesuksesan Odegaard muda. Ada tiga faktor kunci yang ditekankan Hans Erik, yaitu :
1) You have to train a lot;
2) You have to train well; dan
3) You have to train the correct way.
Hans-Erik membiasakan anaknya untuk berlatih dengan ketiga poin kunci tersebut. Martin dilatih dengan sangat giat dan dengan durasi panjang, didukung dengan metode benar, dan orientasi jelas. Sebagian besar menu latihan Martin menggunakan bola dengan fokus pada sentuhan yang diarahkan pada upaya melepaskan diri dari tekanan lawan.
Metode tersebut mulai diterapkan sejak Martin berusia 8 tahun. Dengan demikian, Martin mampu memiliki visi bermain yang luas serta kemampuan kontrol bola sangat baik untuk ukuran pemain muda.
Menu dan metode latihan yang diterapkan oleh Hans-Erik kepada Martin sesuai dengan pengertian perception yaitu proses aktif menseleksi, mengorganisasi, dan mengintepretasi informasi ke otak melalui indera yang manusia miliki dan mengubah informasi tersebut menjadi sebuah perilaku yang berarti.
Pola latihan andalkan persepsi
Dalam kasus Martin Odegaard, sang ayah sangat melatih indera mata Odegaard dengan cara memberikan pola latihan yang sangat mengandalkan persepsi supaya Odegaard memiliki visi mumpuni, yang melibatkan pergerakan dengan dan tanpa bola.
Hal ini berguna bagi Odegaard untuk bergerak dengan efektif di lapangan. Sebagai gelandang menyerang, tugas utamanya adalah menciptakan peluang sebanyak-sebanyaknya untuk para penyerang dan bahkan jika memang memiliki naluri mencetak gol yang tinggi, hal itu menjadi nilai tambahan.
Oleh karena itu, visi bermain yang tinggi sangat dibutuhkan oleh Odegaard untuk berkembang menjadi pemain yang hebat di masa mendatang.
Kelihaian Martin Odegaard yang ditopang oleh metode dan orientasi latihan tepat-guna yang diterapkan oleh Hans Erik Odegaard mendukung pernyataan para praktisi terdahulu bahwa psikologi olah raga juga berperan besar dalam pengembangan talenta muda.
Cerita Odegaard ini juga meyakinkan banyak pihak tentang pentingnya sains olah raga, khususnya di cabang sepak bola. Jadi, psikologi olah raga pada hakikatnya adalah ilmu psikologi yang diterapkan pada bidang olah raga dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kesejahteran psikologis dan menjadi fondasi untuk memaksimalkan potensi sehingga dapat menghasilkan prestasi terbaik. (Fridondy Dilaga)
Editor | : | Labbola |
Sumber | : | Fridondy Dilaga (Labbola) |
Komentar