Ketika itu, duel mereka berakhir sama kuat 1-1. Oleh berbagai pihak, Swedia dan Portugal diduga “main sabun” di laga itu karena skor imbang cukup meloloskan mereka ke semifinal.
Namun, dari sisi teknis, hasil itu menggambarkan level kekuatan kedua tim. Portugal disesaki pemain kreatif, lincah, tajam, dan doyan lama-lama menguasai bola.
Sebaliknya, John Guidetti cs. punya kemampuan yang bisa menetralkan keunggulan Portugal, yakni berupa kesolidan bertahan, kekompakan, dan efektivitas.
Hal itu tergambar nyata di fase grup. Swedia kalah dominan dalam penguasaan bola dan penciptaan peluang total, tapi punya jumlah gol dan tembakan akurat yang sama (5).
“Serangan mereka fantastis, tapi tim kami solid. Kami terutama tak boleh membiarkan Bernardo Silva leluasa bergerak,” ujar gelandang Swedia, Oscar Lewicki.
Editor | : | Beri Bagja (BOLA) |
Sumber | : | Harian BOLA (Beri Bagja) |
Komentar