Ketika masih bermain dan mengalami kekalahan, pada dasarnya Anda hanya perlu mengevaluasi diri sendiri.
Namun, sebagai pelatih, Anda harus memikirkan segalanya. Apakah seharusnya kami membuat pergantian pemain tadi? Apakah kami memilih tim yang tepat? Apakah kami melatih mereka terlalu keras?
Bisa jelaskan mengapa pelatih tidak bisa berlibur?
Contoh pada saat ini adalah jeda kompetisi. Saya masih rutin berbicara dengan rekan saya yang juga asisten Van Gaal, Albert Stuivenberg, terkait pemain yang diincar di bursa transfer dan rencana untuk musim baru.
Pernahkah Anda berpikir untuk menggeluti profesi lain saat memutuskan pensiun sebagai pemain, misalnya seperti rekan Anda, Gary Neville, yang kini menjadi pandit?
Tidak. Menjadi pelatih adalah yang saya inginkan. Saya menikmati pekerjaan saya sama besarnya seperti ketika saya masih menjadi pemain. Tentang Gary, saya mengetahui betul rasa lapar, kemampuan, pengetahuan dan gairahnya akan sepak bola. Sisinya itu akan sia-sia jika ia tidak beralih menjadi pelatih.
Anda adalah asisten Van Gaal. Apa yang Anda telah pelajari darinya sejauh ini?
Tidak ada hal baru dalam hal detail, rasa lapar, profesionalisme, dan pengalaman. Saya telah belajar hal itu semua dari Sir Alex Ferguson. Namun, ada sedikit inovasi yang Anda lihat untuk pertama kali sebagai pelatih. Inovasi tersebut membuat Anda berpikir: ‘Wah, hal itu brilian!’
Pendapat Anda tentang Van Gaal?
Seseorang yang tidak takut, atau mungkin tidak memperlihatkan rasa takut. Dia memperlihatkan apa yang ia bisa lakukan secara taktik, punya kemampuan memimpin secara menyeluruh. Setiap orang di klub, baik staf maupun pemain, tahu siapa sang pemimpin. Dia adalah Louis.
Editor | : | Theresia Simanjuntak |
Sumber | : | Harian BOLA |
Komentar