GOTHENBURG, KOMPAS.com – Langkah Indonesia di Piala Gothia tersisih lantaran aksi hebat dari putra legenda Internazionale Milan. Siapa dia?
Laporan wartawan Kompas, Agung Setyahadi, langsung dari Swedia.
Mimpi skuad Liga Kompas Gramedia-SKF Indonesia U-15 membawa pulang Piala Gothia 2015 terhenti di babak 32 besar. Wakil terakhir Indonesia di kejuaraan dunia sepak bola usia muda ini dihentikan oleh skuad Academia Internazionale Calcio. Sekolah sepak bola yang berafiliasi dengan klub raksasa Italia Internazionale Milan itu menang 3-0 di lapangan Grimbo 2, Gothenburg, Swedia, Kamis (16/7/2015).
Para pemain Accademia agresif menekan melalui para gelandang yang ditumpuk di lini tengah. Mereka memasang lima gelandang dan tiga bek tengah untuk menutup ruang sehingga tidak ada celah bagi para pemain tengah tim Liga Kompas Gramedia (LKG)-SKF Indonesia untuk mengalirkan bola ke depan.
Rafi Syarahil, Hambali Tholib, dan Aria Bisma Bagaskara yang menjadi kunci aliran bola ke depan, tidak memiliki ruang gerak yang leluasa. Mereka selalu dijaga oleh minimal dua pemain lawan sehingga tidak ada ruang melepaskan umpan. Bola pun lebih sering terhenti di lapangan tengah.
Kebuntuan ini memaksa para pemain asuhan pelatih Indriyanto Nugroho dan asisten pelatih Benyamin Leobetty ini, memainkan bola-bola atas. Jebakan bola atas ini membuat para pemain LKG-SKF frustasi karena aliran bola lebih sering dipatahkan oleh pemain bertahan Accademia yang berpostur tinggi.
Bek lawan juga sangat cepat dalam transisi. Striker Ahda Suhada dan Muhammad Rafi Izzudin yang jarang menemukan lawan saat sprint mengejar bola terobosan dalam lima laga sebelumnya, kali ini menemukan lawan yang tangguh.
“Mereka menumpuk pemain di lapangan tengah sehingga tidak ada ruang bagi anak-anak untuk mengalirkan bola ke depan. Inilah yang memaksa anak-anak memainkan bola atas,” ujar Indriyanto.
Para pemain Accademia tidak terlalu banyak menciptakan peluang gol. Mereka menahan bola di tengah dan mengandalkan serangan balik serta lihai dalam penyelesaian bola mati. Di babak pertama, serangan balik mereka berbuah gol di menit ke-31. Sedangkan di babak kedua, mereka memanfaatkan dua pelanggaran di luar kotak penalti untuk menceploskan gol di menit ke-61 dan 64.
Dua tendangan bebas itu diselesaikan oleh gelandang serang Stefan Stankovic putra mantan pemain tengah asal Serbia Dejan Stankovic yang bermain untuk Inter Milan pada 2004-2013. Stefan memiliki bakat seperti ayahnya yang piawai menyelesaikan bola-bola mati.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | kompas.com |
Komentar