JUARA.net - Kolumnis Speedweek, Michael Scott, mengatakan bahwa MotoGP 2019 adalah tahun Marc Marquez menemukan kedewasaan baru di MotoGP.
Marc Marquez kini memimpin Kejuaraan Dunia MotoGP dengan 37 poin setelah pesaing terdekatnya, Andrea Dovizioso, gagal finish di MotoGP Catalunya.
Hanya dalam satu seri, ia membuka jarak dua kali lipat dengan Andrea Dovizioso mengingat rider Ducati tersebut relatif menempel Marquez dengan 12 poin sebelum MotoGP Catalunya.
Michael Scott menulis bagaimana juara dunia MotoGP lima kali tersebut melawan rival terdekatnya tersebut dengan senjata Dovizioso sendiri.
Baca Juga: Jelang MotoGP Belanda - Kisah 157 Kali Overtaking di Sirkuit Assen 2018
Andrea Dovizioso terkenal sepanjang kariernya sebagai seorang rider cerdas dan penuh perhitungan. Ia jarang membuat kesalahan dan teramat konsisten di dunia balap kelas premier tersebut.
Andrea Dovizioso tak pernah absen dari satu pun seri balapan sejak debutnya di 125cc pada 2001. Balapan di MotoGP Italia pada awal Juni adalah yang ke-300nya di semua kelas Grand Prix.
Konsistensi Andrea Dovizioso dikatakan keterbalikan dari gaya Marc Marquez yang kerap meletup-letup. Bukan rahasia lagi kalau Marc Marquez kerap mencium aspal karena gayanya ini.
Bahkan, sejak masuk ke kelas MotoGP pada 2013, Marc Marquez telah jatuh 106 kali. Sebanyak 27 dari jumlah itu terjadi pada 2017.
Pada kurun waktu sama, Dovi hanya pernah jatuh 31 kali dan tak pernah lebih dari 6 kali dalam satu musim.
Baca Juga: Berita MotoGP - Alex Rins Tampil Oke, Suzuki Targetkan Peringkat 4-5 di Setiap Seri
Scott menambahkan bahwa dari data tersebut, Marc Marquez sebenarnya lebih sering jatuh di sesi single lap seperti Free Practice. "Itu adalah cara Marquez untuk melirik batas-batas motor dan dirinya," tulisnya.
Namun, pada akhirnya yang dihitung adalah poin di Kejuaraan Dunia.
Dalam hal ini, Marc Marquez dengan lima gelar dari enam tahun terakhir jelas mengungguli Dovizioso yang masih mengoleksi 0 titel dari kurun sama.
Perbedaannya pada MotoGP 2019 adalah Marc Marquez menemukan kekuatan baru sementara Dovi belum berubah banyak.
Scott menulis bagaimana Marquez pada usia 26 tahun kini menjadi lebih dewasa, di dalam dan luar lapangan.
Ini adalah musim ke-12 Marc Marquez di kelas Grand Prix dan musim ketujuhnya di MotoGP.
Tak heran apabila ia telah banyak makan garam.
Baca Juga: KILAS BALIK - Aksi Gila Marc Marquez Selamatkan Motor dari Kemiringan 64 Derajat pada 153 Km/Jam
"Tindakannya kini sangat terkalkulasi, jauh berbeda dari ketika ia pertama menjadi juara MotoGP pada musim debutnya tahun 2013," tulis Scott lagi.
Ia mengambil contoh di Sirkuit Mugello pada MotoGP Italia ketika Marquez berjibaku dengan dua rider Ducati, Dovizioso dan Danilo Petrucci di barisan depan pada dua lap terakhir.
Bahkan, Marquez tidak terlalu agresif menyerang setelah Petrucci mengejutkan Dovizioso dan dirinya sendiri setelah melakukan late braking pada kecepatan 350 km/jam di akhir straight.
Ia tidak memaksakan diri untuk merebut tempat pertama dari Petrucci, mengingat sang rider pasti ekstra termotivasi untuk memenangi seri MotoGP pertamanya yang berlangsung di kandang sendiri.
Alih-alih memaksakan duel pada setengah lap terakhir, ia mempertimbangkan bahwa posisi kedua sudah cukup bagus untuk menjaga posisinya di klasemen sementara.
"Lima tahun lalu, belum tentu Marc Marquez kepikiran untuk melakukan hal serupa," tulis Scott menutup.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar