Ia pun panik, karena tidak mungkin ia tampil menjadi wasit dengan jalan membungkuk. Segera ia menghubungi Dr Carmen Yahya.
Dokter olahraga tersebut menyarankan Jauhari bertemu dokter yang bertugas di ruangan medis untuk dilakukan fisioterapi selama kurang lebih 40 menit.
"Disana diterapi, dipasang macam-macam alat kurang lebih 40 menit," aku Jauhari.
Sempat merasa lebih baik, Jauhari bersiap melaksanakan tugasnya, namun, cedera yang membekapnya kembali kambuh justru disaat detik-detik terakhir menjelang pertandingan akan dimulai.
Baca Juga: Tontowi Ahmad Pensiun, Mengenang Perjalanan Sang Legenda saat Juara Olimpiade 2016
Jauhari pasrah dengan kondisinya saat itu. Satu yang terpikir olehnya adalah berdoa.
"Ya Allah, saya sedang sakit pinggang. Bagaimana caranya pertandingan ini cepat selesai," ujarnya.
Doa ini ia panjatkan karena kondisi pinggangnya yang teramat sakit dan agar pertandingan tidak berjalan rubber game atau berharap tidak memakan waktu yang panjang.
Jauhari berjalan tegak memasuki lapangan final Istora Senayan sambil menahan rasa sakit pada pinggangnya.
Rupanya doa yang dipanjatkan terkabul. Pertandingan berjalan dengan singkat dan hanya memakan waktu sepuluh menit saja.
Usai kejadian itu, Jauhari berharap agar bisa mendapatkan kesempatan bertemu dengan Carolina Marin lagi lantaran dia merasa bersalah dengan hal itu.
"Saya berasa berdosa kepada Carolina Marin," kata Jauhari Latif mengakhiri.
Baca Juga: Susul Butet, Tontowi Ahmad Resmi Pensiun dari Dunia Bulu Tangkis
Editor | : | Imadudin Adam |
Sumber | : | pbdjarum |
Komentar