"Kami adalah rival, bahkan sebelum bersaing satu sama lain dan untuk berpikir demikian, jelas hal itu tidak masuk akal untuk terjadi," ucap Max Biaggi dikutip Juara.net dari Motosan.es.
"Pasalnya persaingan tersebut seperti ada ketika dua orang berkompetisi di level yang sama dan di tempat yang sama."
"Sesuatu yang awalnya tidak kami harapkan berjalan seperti itu, kami bahkan tidak membalap di kategori yang sama, rivalitas itu seperti dipaksakan."
Biaggi kemudian melanjutkan bahwa kisah rivalitasnya dengan Rossi bermula bukan di lintasan tetapi di sebuah restoran di kawasan Suzuka, Jepang.
Saat itu Max Biaggi mengatakan sebuah ucapan yang membuat Valentino Rossi muda naik pitam dengan berkata: "Cuci mulut sebelum mengucapkan nama saya."
Akibat perkataan tersebut, Rossi langsung menganggap Biaggi sebagai lawannya di lintasan.
Biaggi mengaku saat itu sedang dalam kondisi tegang karena berupaya merebut gelar juara dunia keempat berturut-turut di kelas 250cc.
"Saya pikir ini semua dimulai pada malam itu, di restoran Campanella di Suzuka, di mana saya merasa terprovokasi dan bereaksi berlebihan."
"Saya berada dalam ketegangan untuk Kejuaraan Dunia. Saya bersaing merebut gelar juara dunia keempat berturut-turut di kelas 250cc."
"Di sana ada begitu banyak harapan dan ungkapan. Semua orang mengatakan pada malam itu adalah pemicunya. Kemudian selama bertahun-tahun saya dan Rossi telah melahirkan banyak duel."
Di seri MotoGP Afrika Selatan 2004, Max Biaggi dan Valentino Rossi menampilkan pertarungan yang begitu epik hingga tercatat sebagai perlombaan paling bersejarah untuk rivalitas keduanya.
Baca Juga: Maverick Vinales Gabung Aprilia, Satu Tim Terkuat Telah Lahir di MotoGP 2022
Editor | : | Dwi Widijatmiko |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar