JUARA.NET - Mantan pebulu tangkis Malaysia, Rashid Sidek baru-baru ini mengkritisi sistem poin baru yang diterapkan BWF pada ajang Suhandinata Cup 2024.
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) memperkenalkan sistem poin baru di kompetisi beregu Kejuaraan Dunia Junior 2024 atau Suhandinata Cup 2024.
Dalam kompetisi tersebut, BWF tak menggunakan sistem 21 poin dan bertarung dalam lima partai seperti yang biasa digunakan untuk berbagai kompetisi grup.
Suhandinata Cup 2024 menggunakan sistem relay poin alias poin estafet dengan target mencapai 110 poin.
Jadi para pebulu tangkis akan bermain 10 partai yang terdiri dari dua partai di masing-masing sektor tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Setiap partai akan dimainkan dengan poin maksimal 11 poin dengan sistem poin tanpa adanya aturan deuce.
Tim yang pertama meraih 110 poin pun akan dinyatakan sebagai pemenangnya.
Menurut BWF sistem poin baru ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada negara dengan peringkat lebih rendah untuk menantang dan bersaing dengan tim papan atas.
Tapi, menurut eks mantan pemain yang juga pernah menjadi pelatih Malaysia, Rashid Sidek, sistem poin ini kurang tepat dalam mengukur level kemampuan pemain.
Baca Juga: BAM Dikabarkan Incar Eks Pelatih Taufik Hidayat, Rexy Mainaky Bilang Begini
"Sistem estafet tidak secara akurat mengukur tingkat keterampilan seorang pemain atau pasangan bulutangkis," kata Rashid kepada Timesport.
Rashid menuturkan bahwa menurutnya, sistem poin baru ini tidak membantu perkembangan bulu tangkis.
Ia berharap agar sistem poin ini tidak dipermanenkan oleh BWG.
"BWF mungkin memiliki alasan tersendiri, namun kita semua dapat melihat bahwa sistem estafet tidak akan membantu perkembangan bulutangkis."
"Saya harap ini hanya percobaan satu kali di Nanchang dan tidak akan pernah digunakan di ajang beregu di masa depan."
Menurutnya, jika diterapkan, sistem poin seperti ini akan mematikan sisi menarik kompetisi bulu tangkis.
Eks rival Hariyanto Arbi di Olimpiade Atlanta 1996 kemudian menjelaskan bahwa sistem 21 poin lebih mencerminkan tuntutan fisik dan mental dari olahraga ini.
"Bulutangkis adalah olahraga raket yang paling sulit, menguji keterampilan, kekuatan, dan daya tahan pemain."
"Namun di Nanchang, sistem estafet menghilangkan keseruannya."
"Dalam format 21 poin, para pemain baru mulai menemukan ritme permainan setelah 11 poin."
"Namun dalam sistem estafet, permainan berakhir ketika seorang pemain memenangkan poin ke-11."
"Dalam pertandingan beregu, sistem 110 poin setara dengan sedikit lebih dari lima pertandingan atau sekitar dua pertandingan penuh dalam format tradisional."
"Itu terlalu singkat untuk benar-benar menguji sebuah tim."
"Dalam format tradisional jika satu tim tertinggal 2-0, mereka masih bisa memenangkan pertandingan yang tersisa untuk merebut gelar juara."
"Sistem estafet mematikan keseruan tersebut sejak awal, sehingga hampir tidak mungkin terjadi kebangkitan setelah sebuah tim unggul," jelasnya.
Editor | : | Ananda Lathifah Rozalina |
Sumber | : | New Strait Times |
Komentar