Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

10 Pesepak Bola yang Meninggal secara Mengejutkan

By Septian Tambunan - Rabu, 11 Januari 2017 | 07:30 WIB
Pemain Benfica, Miklos Feher, tergeletak dalam pertandingan Liga Portugal kontra Vitoria Guimaraes di Stadion Guimaraes, 25 Januari 2004. (LUIS VIEIRA/AFP)

4. Bruno Zandonadi

Pesepak bola asal Brasil, Bruno Zandonadi, menghembuskan napas terakhir pada 13 Oktober 2012 di Rumah Sakit Usada Insani, Tangerang, karena menderita radang selaput otak.

"Bruno sudah lama mengeluh kepalanya sakit, namun dibiarkan saja dan tidak dibawa ke dokter. Senin kemarin dia masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan dan baru ketahuan penyakitnya. Kata dokter dia menderita radang selaput otak," ujar salah seorang teman Bruno, Christian Carrasco, Sabtu (13/10/2012).

Bruno memulai karier sepak bola di Indonesia sejak 2004 dengan mengenakan seragam Petrokimia.

Sosok yang menempati pos penyerang ini juga pernah memperkuat Persiba Balikpapan, Persita Tangerang, PSIS Semarang, dan Persikota Tangerang.

Bruno terakhir kali membela Persikota Tangerang pada musim 2010-2011. Setelah itu, dia tidak membela klub mana pun.

Kepergian Bruno mendapat respons dari rekan dia di PSIS Semarang, Gustavo Chena, yang mengubah status BlackBerry Messenger-nya dengan mengatakan, "Descansa en paz companero (istirahat yang tenang kawan)."

3. Diego Mendieta


Pemain Persis Solo, Diego Mendieta.(DOK. Twitter @VendettaSolo)

Pemain Persis Solo asal Paraguay, Diego Mendieta, meninggal dunia pada 3 Desember 2012 lantaran komplikasi penyakit.

Menurut pasoepati.net, Diego sebelumnya sudah tiga kali berpindah rumah sakit. Awal November 2012, dia harus dilarikan ke RSI Yarsis Solo. Dalam pemeriksaan, Diego didiagnosis menderita tifus dan harus dirawat selama sepekan.

Setelah keluar, Diego nyatanya tak langsung sembuh. Empat hari kemudian, dia dibawa ke RS PKU Muhammadiyah Solo.

Namun, dalam perawatan itu penyakit Diego tak teridentifikasi. Lantas, dia pun dirujuk ke RS Moewardi. Di sana, dia dirawat hingga mengembuskan napas terakhir.

Ironisnya, dalam masa perawatan hingga tutup usia, Diego dilaporkan kesulitan membiayai beban rumah sakit. Hal ini karena gaji dan bonus dari pihak klub Persis Solo tak kunjung didapat.

Karena hal itu pula, Diego batal pulang ke Paraguay untuk melanjutkan proses penyembuhan.

"Tuhanku, terima kasih untuk segalanya. Ampuni dosaku. Tuhan, Aku membutuhkan-Mu. Dalam balutan jas indah ini yang diberikan oleh keluargaku, aku memohon berkahilah teman-teman dan keluargaku selalu," tulis Diego dalam surat yang disebarkan agennya di Indonesia, Wulansari, melalui Twitter.