Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Festive Season Premier League, Tradisi yang Sulit Diabaikan

By Kamis, 22 Desember 2016 | 20:14 WIB
Sir Alex Ferguson, ketika menjadi manajer Manchester United. Dia merayakan juara Premier League saat Man United menjamu Swansea City di Old Trafford, Manchester, Inggris, 12 Mei 2013. (ALEX LIVESEY/GETTY IMAGES)

Uang sepertinya ikut berbicara. Mungkin cuma sang pelatih dan pemain yang tak suka. Terlebih mereka yang membela klub kecil.

Logikanya sederhana saja, tim besar biasanya punya sumber daya lebih dari memadai untuk menjawab tantangan dan tekanan festive season, menjalani beberapa laga dalam kurun beberapa hari.

Performa pemain menjadi kunci. Pro-Zone, sebuah perusahaan olah raga penyuplai data kenamaan di Inggris yang bekerja sama dengan banyak klub EPL, pernah mengeluarkan rilis terkait pengaruh festive season terhadap kinerja pemain.

Hasil studi Pro-Zone yang didasarkan dari analisis pemain di tim EPL menunjukan penurunan grafik performa signifikan saat Desember.

Skala penurunan bisa mencapai 20 persen dari rataan musim dengan dua indikator: sprint dan lari jarak jauh berkecepatan tinggi.

Penurunan lebih signifikan, 41 persen dari situasi normal, juga terjadi dalam aspek jarak jelajah para pemain.

Dengan kata lain, kaki-kaki para pemain barangkali tak kuasa buat mengikuti kemauan tradisi, fans, dan kekuatan uang yang semakin mencengkeram sepak bola Inggris.

Performa pemain drop, secara otomatis performa tim keseluruhan juga terkena imbasnya. Isu jangka panjang mengemuka jika ada yang apes terpapar cedera.

Syukur-syukur tim punya skuat gemuk buat menutupi kehilangan si pemain bintang. Jika tidak, hasil bisa ditebak, tim kelabakan.

Bisa jadi situasi ini menjadi salah satu alasan mengapa magnificent seven atau tujuh teratas di sepak bola Inggris relatif tak sering berubah, selalu itu-itu saja.