Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
“Karena pekerjaannya, ayah harus meninggalkan kami dan pulang sebulan sekali. Bila saya tidak ada, ibu dan adik saya sendirian di rumah,” tutur Lerby, yang memang dekat dengan orang tua dan adiknya itu.
"Karena itu, saya meminta ayah tinggal di rumah saja bila kontraknya di perusahaan selesai. Saya yang menggantikan mencari uang. Mereka juga bisa mengelola bisnis kos," ujarnya.
Saking dekatnya, Lerby tak segan meninggalkan kariernya di Bali United demi keluarga. Saat itu kompetisi dihentikan.
Meski demikian, BU tetap menjalani latihan. Namun, ibunya meminta Lerby untuk pulang. Begitu kontraknya di BU selesai, Lerby pun pulang ke Samarinda.
“Dia memang dekat dengan keluarganya. Lerby juga sosok yang baik dan menjadi panutan bagi pemain muda seperti saya,” ungkap Ricky Fajrin, yang menjadi rekannya di BU.
“Sebagai pemain senior, dia tak segan menyapa yang junior. Dulu, dia sering diberi wejangan oleh seniornya. Kini, giliran dia yang memberi nasihat dan tak keberatan berbagi ilmu dengan pemain muda,” tutur Ricky.
Meninggalkan BU dan kembali ke Samarinda tak menutup karier Lerby. Ia bisa bergabung dengan klub papan atas Pusamania Borneo FC. Torehan enam gol di turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) menjadikan pelatih tim nasional Alfred Riedl memanggilnya untuk Piala AFF 2016.
Lerby menjadi harapan bagi sepak bola nasional. Di saat krisis pemain depan, dia diharapkan bisa menjadi penerus Boaz Solossa dan Ferdinand Sinaga.
Peluang menjadi andalan di timnas pun terbuka lebar. Saat ini, Lerby merupakan satu dari sangat sedikit penyerang tengah murni yang dimiliki Indonesia.
Data Diri:
Karier: