Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Lerby Eliandry, Bermain Sepak Bola demi Orag Tua

By Senin, 31 Oktober 2016 | 16:05 WIB
Striker Pusamania Borneo FC, Lerby Eliandry (kanan). (YAN DAULAKA/JUARA.NET)

Sepak bola menjadi harapan untuk mengubah nasib atau ekonomi agar bisa menjadi lebih baik. Tidak hanya bagi pemain, tetapi juga keluarganya. Semua itu pun menyertai Lerby Eliandry. 

Penulis: Gonang Susatyo

Harapan itu yang dibebankan pada pemilik nama lengkap Lerby Eliandry Pong Babu. Saat menekuni sepak bola, dia hanya berpikir bagaimana bisa membantu ekonomi keluarga.

Lerby memang bukan dari keluarga mapan. Tak heran bila dirinya tak pernah berpikir untuk masuk sekolah sepak bola (SSB) saat masih kecil.

“Saya besar dari sepak bola kampung. Tidak ada yang membimbing atau mengajari saya bermain bola. Saya juga tidak tidak pernah masuk SSB. Saya belajar secara otodidak. Kebetulan di daerah saya di Kampung Toraja (Samarinda) ada lapangan bola,” ungkap Lerby.

Lapangan Sportivitas di kampungnya itu membuka jalan bagi Lerby untuk menekuni sepak bola. Saat Lerby kecil masih menggantungkan mimpi, dia kerap menyaksikan pemain top Indonesia.

Mereka adalah Heriansyah (gelandang timnas Garuda II dan timnas saat juara SEA Games 1991), Ismayana (gelandang timnas Primavera), dan banyak lagi yang berlatih di lapangan itu.

Baca Juga:

“Saat itu, siapa yang tidak kenal dengan Heriansyah. Bila dia bermain bola, kami berharap diajak serta," kata Lerby.

"Mereka memang mengajak kami bermain bersama. Tetapi, ada syaratnya. Kami harus lebih dulu lari keliling lapangan sampai 10 kali. Semua melakukannya dengan senang hati karena bisa bermain bersama para pemain top,” tuturnya.

Tak hanya diajak bermain, Heriansyah juga kerap memberi nasihat atau wejangan kepada Lerby dan yang lain.

“Mereka memotivasi kami bila ingin menjadi pemain bola harus serius berlatih. Nasihat-nasihat itu yang mendorong saya lebih menekuni sepak bola,” kata Lerby.

Hanya, Lerby tetap mengasah kemampuan secara otodidak. Saat duduk di bangku SMP dan SMA, ia mulai mencari penghasilan tambahan lewat tarikan kampung (tarkam). Bahkan dari tarkam itu, Lerby membantu orang tua meringankan beban kuliah.

“Setidaknya orang tua tak memikirkan uang saku saya saat kuliah,” ucap Lerby yang menyelesaikan kuliahnya di sebuah politeknik di Samarinda.

Harapan berkarier di sepak bola muncul saat dirinya mengikuti seleksi tim Kalimantan Timur (Kaltim) yang dipersiapkan tampil di PON 2012 Riau. Pelatih Rudy William Keltjes tampaknya tertarik pada dia.

Usai tampil di Sukan Borneo dan membawa Kaltim menjadi juara, Lerby resmi bergabung dengan tim PON. Dia juga diikat kontrak oleh Persisam Samarinda U-21.

Berbagi Ilmu

Perjalanan karier Lerby kian mulus. Apalagi, dia sukses mengantarkan Kaltim meraih emas PON 2012. Bonus sebesar Rp 100 juta yang diterimanya langsung diserahkan pada orang tua.

“Orang tua kemudian menggunakannya membeli tanah yang rencananya untuk kos. Pembangunannya memang agak terlambat dan sempat terhenti saat kompetisi dibubarkan. Tetapi sekarang sudah jalan lagi dan saya berharap selesai di awal tahun depan,” katanya.

Lerby berharap bisnis kos itu bisa dikelola ayah dan ibunya. Dengan demikian, ayahnya yang bekerja di perusahaan tambang batu bara di Gunung Bayan, Kutai Barat, tidak lagi meninggalkan ibu dan adiknya sendirian di Samarinda.

“Karena pekerjaannya, ayah harus meninggalkan kami dan pulang sebulan sekali. Bila saya tidak ada, ibu dan adik saya sendirian di rumah,” tutur Lerby, yang memang dekat dengan orang tua dan adiknya itu.

"Karena itu, saya meminta ayah tinggal di rumah saja bila kontraknya di perusahaan selesai. Saya yang menggantikan mencari uang. Mereka juga bisa mengelola bisnis kos," ujarnya.

Saking dekatnya, Lerby tak segan meninggalkan kariernya di Bali United demi keluarga. Saat itu kompetisi dihentikan.

Meski demikian, BU tetap menjalani latihan. Namun, ibunya meminta Lerby untuk pulang. Begitu kontraknya di BU selesai, Lerby pun pulang ke Samarinda.

“Dia memang dekat dengan keluarganya. Lerby juga sosok yang baik dan menjadi panutan bagi pemain muda seperti saya,” ungkap Ricky Fajrin, yang menjadi rekannya di BU.

“Sebagai pemain senior, dia tak segan menyapa yang junior. Dulu, dia sering diberi wejangan oleh seniornya. Kini, giliran dia yang memberi nasihat dan tak keberatan berbagi ilmu dengan pemain muda,” tutur Ricky.

Meninggalkan BU dan kembali ke Samarinda tak menutup karier Lerby. Ia bisa bergabung dengan klub papan atas Pusamania Borneo FC. Torehan enam gol di turnamen Torabika Soccer Championship (TSC) menjadikan pelatih tim nasional Alfred Riedl memanggilnya untuk Piala AFF 2016.

Lerby menjadi harapan bagi sepak bola nasional. Di saat krisis pemain depan, dia diharapkan bisa menjadi penerus Boaz Solossa dan Ferdinand Sinaga.

Peluang menjadi andalan di timnas pun terbuka lebar. Saat ini, Lerby merupakan satu dari sangat sedikit penyerang tengah murni yang dimiliki Indonesia.

Data Diri:

  • Nama Lengkap: Lerby Eliandry Pong Babu
  • Tempat, Tanggal Lahir: Samarinda, 21 November 1991
  • Tinggi: 180 cm
  • Berat: 72 kg
  • Ayah: Andreas Sampe Tangaran
  • Ibu: Elisabeth Pasang Batu
  • Anak ke: satu dari dua bersaudara
  • Klub: Pusamania Borneo FC
  • Posisi: Penyerang tengah

Karier:

  • 2012 Persisam U-21
  • 2012 PON Kaltim
  • 2013-2014 Persisam Samarinda
  • 2014-2015 Pusam Samarinda
  • 2015 Bali United
  • 2016 Pusamania Borneo FC

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P