Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

3 Hal yang Bikin PSG Berubah dari 'Underdog' Menjadi Klub Top

By Theresia Simanjuntak - Kamis, 10 Maret 2016 | 17:35 WIB
Para pemain Paris Saint-Germain merayakan gol Edinson Cavani (9) ke gawang Chelsea pada leg pertama babak 16 besar Liga Champions di Stadion Parc des Princes, Selasa (16/2/2016). (FRANCK FIFE/AFP)

Paris Saint-Germain tidak ragu mengatakan bahwa uang berlimpah dari Qatar Sports Invesments (QSI) telah mengubah klub sepenuhnya. Status mereka, baik di Prancis maupun Eropa, tak lagi klub underdog, tapi salah satu klub top Eropa.

Pada 2011, QSI membeli 70 persen saham PSG. Setahun kemudian, mereka menguasai klub tersebut secara 100 persen. Total uang yang dikucurkan QSI untuk membeli PSG adalah 70 juta euro (Rp 1 triliun).

Keberadaan QSI di PSG memberi dampak positif secara instan. Prestasi di berbagai ajang dalam negeri dan Eropa bisa dijadikan tolak ukur.

Dalam lima tahun terakhir, Les Parisiens sukses menyabet sembilan gelar di kompetisi lokal, termasuk tiga titel Ligue 1 secara beruntun yang diraih sejak 2012-2013. Di panggung Liga Champions, ajang sepak bola antarklub paling prestisius, PSG berstatus perempat finalis dalam tiga musim beruntun.

Kendati belum pernah juara, prestasi tersebut cukup layak diapresiasi mengingat PSG tak pernah lolos dari fase grup sebelum era QSI.

Mendapat undangan Asia Media Tour dari PSG pada 11-16 Februari silam, JUARA.net dapat melihat seberapa besar transformasi yang terjadi di PSG sejak dimiliki QSI.

"Saat ini, kami berada di posisi sesuai dengan target yang dicanangkan Presiden Nasser Al-Khelaifi saat mengakuisisi PSG," kata Deputy Managing Director, Business Operation PSG, Frederic Longuepee.

Ada tiga hal yang berubah secara signifikan di PSG era QSI.

Perekrutan Pemain


Pemain PSG, Angel Di Maria, meladeni pertanyaan wartawan di mixed zone Stadion Parc des Princes, Sabtu (13/2).(ISTIMEWA)

Sejak kepemilikan QSI, salah satu target PSG adalah menjuarai Liga Champions. Sulit untuk mencapai tujuan ambisius tersebut apabila tidak memiliki pemain yang telah terjamin kualitasnya.

PSG tak ragu berinvestasi besar dalam pembelian pemain. Longuepee mengakui klub telah menghabiskan lebih dari 500 juta euro (Rp 7,2 triliun) untuk mendatangkan pemain bertalenta dan bintang kelas top.

Zlatan Ibrahimovic, David Beckham, Thiago Silva, David Luiz, dan Angel Di Maria adalah beberapa pemain yang direkrut di era QSI.

Sementara itu, enam pembelian termahal dalam sejarah PSG adalah mereka yang datang di era QSI. Urutannya, Edinson Cavani (2013), Di Maria (2015), Luiz (2014), Javier Pastore (2011), Silva (2012), dan Lucas (2012).

Sebelum era QSI, pemain termahal PSG adalah Nicolas Anelka yang direkrut dari Real Madrid pada 2000.

Perbaikan Infrastruktur


Markas latihan PSG, Ooredoo Training Center, rencananya akan direnovasi di lokasi yang jauh lebih luas.(THERESIA SIMANJUNTAK/BOLA)

Guna menunjang performa para pemain, QSI juga berinvestasi pada infrastruktur klub. Salah satu yang menjadi fokus adalah perombakan markas latihan, Ooredoo Training Center.

Saat ini, perombakan baru sekadar penambahan alat-alat latihan berkualitas utama dan lapangan luas dengan rumput berkualitas top. Namun, ada satu proyek besar PSG, yakni memiliki markas latihan seluas 60 hektar yang berisi tujuh lapangan, salah satunya berada di dalam ruangan.

Selain markas latihan, PSG juga membuat perubahan besar pada stadion kebanggaan, Parc des Princes.

Stadion yang kini berlantai 4 itu direnovasi pada 2013 dan selesai untuk sementara pada 2015. Berbagai fasilitas modern disediakan untuk memanjakan para fans, seperti ruangan VIP, restoran mewah, dan sebagainya.

Usai gelaran Euro 2016, renovasi Parc des Princes akan dilanjutkan yang berfokus pada penambahan kapasitas tempat duduk stadion.

Administrasi klub juga mengalami perubahan. Kantor pusat PSG yang pada awalnya berlokasi di sekitar Parc des Princes, baru saja dipindahkan ke bangunan baru di kawasan Boulogne-Billancourt, sekitar 15 menit dari stadion.

Penerapan Strategi Pemasaran


Presiden PSG, Nasser Al-Khelaifi saat menyapa wartawan, termasuk JUARA.net, di mixed zone Parc des Princes, Sabtu (13/2/2016).(ISTIMEWA)

Selain menjadi tim yang memenangi banyak gelar, termasuk LC, target ambisius PSG lain adalah menjadi klub yang dikenal secara global.

Sebagai sosok yang menangani masalah ini, Longuepee memaparkan beberapa strategi guna memasarkan PSG di penjuru dunia.

Yang pertama, pembangunan sekolah akademi tak hanya di Kota Paris dan sekitarnya, tapi juga di berbagai kota di negara lain. Sejauh ini, sudah ada 45 sekolah akademi PSG.

Tujuan akademi ini adalah untuk menciptakan hubungan antara PSG sebagai merek olahraga dengan anak-anak.

Untuk di Kota Paris, sekolah akademi tersebut diperuntukkan kepada usia 5-17 tahun. Para pelatih merupakan hasil didikan dari staf kepelatihan PSG.

Kedua, kerja sama dengan sponsor beragam, termasuk di luar merek olahraga. PSG terikat kerja sama dengan Levi's dan Hello Kitty. Kedua merek ini sama sekali tidak berhubungan dengan olahraga.

"Sebagai klub dari kota yang dikenal dengan fesyen, kami ingin menyentuh segala lapisan masyarakat. Levi's untuk mereka yang menyukai fesyen, Hello Kitty untuk menggaet usia anak-anak," ujar Longuepee.

Ketiga, perekrutan pemain ikonik. Kedatangan nama-nama seperti Beckham dan Ibrahimovic semata-mata bukan hanya soal talenta, tapi status mereka sebagai ikon sepak bola yang memiliki banyak fans di penjuru dunia.

[video]https://video.kompas.com/e/4787778858001_ackom_pballball[/video]

Pihak PSG mengakui berkat Ibra, mereka memiliki banyak fans dari negara Skandinavia dan Beckham membawa PSG lebih global.

Sementara itu, mereka punya jumlah suporter terbanyak di Brasil berkat banyaknya pemain dari negeri tersebut di PSG,

Longuepee mengungkapkan ketiga hal itu akan terus diterapkan. Akan lebih banyak sekolah akademi yang dibangun, khususnya di kawasan Asia. Demikian pula dengan menggaet sponsor.

"Semakin banyak sponsor, maka semakin banyak pula dana yang tersedia untuk mendatangkan pemain-pemain berkualitas," ucap Longuepee.

PSG juga berniat mendatangkan pemain ikonik pada bursa transfer musim panas 2015 mengingat kontra Ibra di klub itu berakhir usai gelaran kompetisi 2015/16.

Program pemasaran PSG tak hanya sampai di sana. Berfokus mendekatkan diri kepada Asia, termasuk Indonesia, PSG telah melakukan pendekatan lewat media sosial seperti Twitter dan Facebook.

Terkait minimnya program yang diimplementasikan guna menggaet fans di Indonesia, Longuepee memaparkan alasannya.

"Ketika kami merasa negara tersebut sudah siap untuk menerima kami atau kami tidak jauh tertinggal dari klub-klub Eropa lain yang jumlah fans banyak di negeri itu, PSG tentu akan senang mengadakan berbagai acara di negara itu seperti tur pramusim," kata Longuepee.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P