Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Kendala Klasik Liverpool yang Makin Kronis

By Sabtu, 23 Januari 2016 | 09:46 WIB
Juergen Klopp amat kecewa dengan penampilan Liverpool saat dikalahkan 0-2 oleh West Ham United, pada laga Premier League di Boleyn Park, Sabtu (2/1/2016) (IAN WALTON/GETTY IMAGES)

Namun, hal itu belum ada apa-apanya dibandingkan musim ini, di mana Si Merah cuma bisa membuat 25 gol, tapi sudah kebobolan 28 kali.

“Dalam sepertiga lapangan terakhir, Liverpool tak cukup efektif. Mereka tak punya sosok pembunuh di dalam kotak penalti, seorang yang biasa mencetak 20 gol per musimnya,” ujar Paul Ince, mantan gelandang Liverpool dan timnas Inggris, di Sky Sports.

Momok Set Piece

Sepeninggal Luis Suarez ke Barcelona, Anfield memang belum bisa mendapatkan pengganti sepadan.

Padahal, sebelumnya mereka punya tradisi dibela bomber-bomber kelas wahid macam Kevin Keegan, Kenny Dalglish, Ian Rush, Robbie Fowler, Michael Owen, hingga Fernando Torres.

Tanpa striker bernaluri tajam, serangan Liverpool menjadi sia-sia. Upaya memasang Roberto Firmino sebagai false nine memang sempat ampuh ketika melawan Arsenal.

Namun, skema itu tampak kurang efektif di laga lain, termasuk saat melawan United.

“Saya pikir masalah kami hari ini (laga melawan United, red.) bukan di posisi striker utama. Firmino bermain baik. Dia membuktikan dirinya mampu menjadi ujung tombak pada saat dimainkan di posisi itu. Kami harus memaksimalkan segala potensi yang ada,” tutur Klopp di Daily Mail.

Sudah menjadi tugas Klopp untuk membela anak buahnya. Namun, tolok ukur kesuksesan seorang bomber ialah ketika dirinya mampu mencetak gol.

Bukan sebatas bermain baik, membuka ruang, atau melewati hadangan lawan. Firmino terbukti belum bisa berfungsi sebagai striker secara reguler.


Roberto Firmino, beraksi saat Liverpool bertandang Etihad Stadium, kandang Manchester City, di laga lanjutan Premier League, 21 November 2015.(MICHAEL REGAN/GETTY IMAGES)