Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Statistik membuktikan ketumpulan Liverpool. Kendati menduduki peringkat kedua dalam aspek melepas tembakan (365) dan menciptakan peluang (295), Liverpool hanya bisa mencetak 25 gol.
Wajar apabila peringkat mereka pun berada di tangga ke-19 dalam urusan konversi peluang menjadi gol (10,3%).
Masalah klasik lain, yang juga terlihat semakin kronis, ialah di lini belakang. Terutama dalam urusan kemasukan gol melalui bola mati.
Dalam aspek kebobolan melalui set piece, Liverpool sudah kemasukan sembilan gol (peringkat ke-19).
Sedangkan dalam aspek kemasukan melalui sepak pojok, jala The Reds sudah tujuh kali koyak (peringkat ke-19).
“Dalam situasi bola mati, tim lawan akan mengirim lima pemain ke dalam kotak penalti. Satu akan berdiri di depan kiper, empat sisanya akan mengejar bola guna membelah konsentrasi pemain belakang," papar Brendan Rodgers, mencoba memberi solusi atas masalah klasik Reds tersebut.
"Usul saya, menjaga man-to-man keempat pemain, sementara satu lagi membayangi pemain di depan kiper. Liverpool terlihat sangat mudah kemasukan gol lewat situasi seperti itu. Harus ada intervensi. Jika man-to-man tak berjalan, segera ganti dengan zonal marking, begitu pula sebaliknya," lanjutnya.
Penulis: Sapto Haryo Rajasa